"Mari Berdayakan Masyarakat Demak Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

"Mari Berdayakan Masyarakat  Demak Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

Catatan A Fanar Syukri: Selamat jalan, Ayahanda

Alhamdulillah wa syukrulillah proses pemakaman ayahanda dapat berlangsung lancar sesuai dengan rencana. Terima kasih atas segala do'a baik untuk ayahanda, H.Hadziq Abdul Hadi , 76 tahun, semoga Allah mengampuninya, mengasihinya, dan menempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya. Amiiin.

Ayahanda, H.Hadziq Abdul Hadi, lahir di Tedunan, Wedung, Demak, Agustus 1933, sebagai anak ke-3 dari 9 bersaudara; lahir dari pasangan H.Abdul Hadi dan Hj.Suwaedah. Sempat mondok di Kudus, Gontor, dan Yogya; sebelum menikah dengan Ibunda, Siti Mu'jizah. Tahun 1971-1990, selama 4 periode menjadi anggota DPRD tingkat II kabupaten Demak. Dalam 2-3 tahun terakhir, dengan bertambahnya umur, fisiknya semakin udzur, termasuk ingatannya; yang paling beliau senangi adalah sholat, dan setiap bertemu dengan anak-anak dan cucu-cucunya selalu meminta didoakan sholatnya diterima Allah SWT dan husnul khotimah. Beliau merasa sholatnya kurang, atau wudhu-nya kurang baik; atau sarungnya terkena najis; sehingga sehari semalam bisa ganti sarung sampai 10 lembar. Ibunda selalu bersabar dalam mendampingi dan merawat ayahanda, sendirian; karena ke-6 anak-anaknya mempunyai rumah masing-masing, dan tinggal di desa lain, kecamatan lain, kabupaten lain, bahkan propinsi lain; bahkan ada menantunya yang bekerja di negara lain.

Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT Dzat pencipta kematian & kehidupan untuk menguji hamba-hamba-Nya siapakah yang terbaik amalnya (QS.Al-Mulk:2); yang telah memanggil ayahanda dalam keadaan terbaik: setelah berwudhu dan mau sholat tahajud, tanpa tanda-tanda sakit sebelumnya.

Saya menerima sms dari kakak yang mendampingi ayahanda, jam 00:47, tetapi sms terabaikan oleh lelapnya tidur kecapaian, karena baru sehari sebelumnya kami sekeluarga sampai Serpong, dari mudik lebaran di Demak. Mungkin karena tidak ada respon, jam 01:00 ditelpon, diminta membacakan surat Yaasiin. Saya dan istri bergegas bangun, sholat malam & sholat hajat semoga diberi taqdir yang terbaik oleh Allah SWT, kemudian membaca Al-Qur'an Surat Yasiin (QS.36), dan setelah selesai membaca Al-Qur'an tsb, jam 01:35 ditelpon lagi, bahwa Ayahanda telah berpulang. Alhamdulillah wal-Lohu Akbar.

Pulang sendiri naik pesawat, Jkt-Smg; atau ngajak keluarga, ya? Perjalanan Jkt-Dmk, dalam kondisi normal 11-12 jam. Kakak memberitahukan jam 13:00 akan dimakamkan. Dengan perhitungan cepat, saya memutuskan untuk pulang lewat darat, dengan mengajak keluarga, terutama untuk pendidikan anak-anak, bahwa orang yang sangat dekat dengan kita, yang kita cintai & sayangi, pasti akan kembali kepada Allah. Segera saya menghubungi teman yang biasa menjaga rumah, kalau kami pergi beberapa hari; dan mencari sopir, karena saya ragu-ragu ... bisa/sanggup nyopir sendirian 12 jam, jkt-dmk, dengan kondisi masih capai, dan hati yang sedih.

Jam 02:30 pasukan siap berangkat. Serpong-Cikampek ditempuh hanya dengan 1,5 jam. Karena blm masuk subuh, kami lanjutkan perjalanan. Jam 04:20 kami berhenti di Ciasem, untuk mengisi bensin dan sholat subuh. Jam 05:00, kami terjebak kemacetan di daerah Jatiasih, yang menurut informasi jalan ditutup, hanya utk 1 arah dari timur. Jam 05:30 masih di tempat. Saya dan istri sudah mulai khawatir, tak bisa sampai Demak jam 13:00! Istri menyarankan agar mobil baik kanan, kembali ke Jkt, untuk ngejar pesawat. Saya minta sopir utk balik kanan, tetapi tak ada celah untuk masuk ke jalur yang sudah tak bergerak itu. Mobil depan sudah mulai bergerak, sopir mengikuti sambil terus mencari tempat utk U-turn. Di sebuah perempatan yang kalau ke Kanan ke arah Kadipaten ada belokan, tetapi ditutup dan ditunggui oleh polisi, diminta utk terus ke depan. Jam sudah menunjukkan pukul 06:00. Bismillah, terus melaju saja, sambil terus berdoa semoga masih bisa sampai Demak jam 13:00.

Mobil melaju, melaju dan terus melaju dengan kecepatan penuh. Saya dan istri harus kram perut, menahan nafas, si sopir yang memang sopir “tembak” angkot Muncul-Ciputat dan taksi ini – yang mangkal-nya di masjid dekat rumah, dan sering bertemu saat sholat jama'ah maupun acara pengajian masjid – memacu mobil dengan gaya angkot, karena ngejar target waktu: jam 13:00 di Demak. Kami hanya sempat mampir beli roti, buah & minuman di Indomaret, sebelum masuk tol Kanci; sambil membereskan keperluan toilet anak-anak.

Alhamdulillah sampai rumah duka, jam 13:05, terlambat 5 menit dari jadwal, karena harus mampir ke masjid, untuk berganti baju dan menyiapkan pasukan. Segera setelah kami sekeluarga, saya, istri dan anak-anak, melihat wajah ayahanda untuk terakhir kalinya, kain kafan almarhum ayahanda ditutup dan ditalikan, dan kemudian diadakan prosesi pelepasan jenazah oleh K.H. Basyir, tokoh di Pasir, Mijen, Demak; dan juga murid ayahanda. Setelah itu, jenazah segera dibawa ke masjid Pasir, yang jaraknya dari rumah duka sekitar 500 meter. Setiap 2-3 meter ke depan, orang berebut menggantikan memikul keranda jenazah almarhum. Jam 13:30 sholat jenazah dilaksanakan di masjid Pasir Mijen Demak, oleh warga Pasir. Yang diminta menjadi imam seharusnya K.H. Gus Ulin dari Kudus, tetapi karena beliau belum hadir, akhirnya ta'mir masjid meminta saya mengimami sholat janazah ayahanda.

Segera setelah sholat jenazah, jam 14:00-an jenazah almarhum dimasukkan ke dalam mobil ambulan untuk dibawa ke desa Tedunan, Wedung, Demak, yang jaraknya dari desa Pasir, Mijen, Demak adalah sekitar 25 km, ke arah barat daya, 5 km sebelum laut Jepara. Para pelayat dari Pasir mengikuti mobil ambulan melewati jalan-jalan desa yang penuh debu, di tengah-tengah jalan ada beberapa ruas yang sudah dibeton atau sedang diperbaiki.

Jam 14:30-an sampai ke desa Tedunan, desa kelahiran almarhum ayahanda, jenazah almarhum disemayamkan sebentar di rumah kakak yang nomor 2, yang kebetulan bertempat tinggal di desa kelahiran, karena menikah dengan anaknya pak Dhe. 10 menit kemudian, jenazah dibawa ke masjid Tedunan, yang jaraknya 100 meter dari rumah kakak. Jenazah sampai masjid, adzan asar berkumandang. Sempat ada pertanyaan dari para hadirin, sholat jenazah dulu atau asar dulu? Imam masjid menyatakan: sholat sunah dulu, yaitu sholat janazah; kemudian baru sholat waji asar.

Setelah sholat asar, jenazah dibawa ke pemakaman keluarga di sebelah timur desa Tedunan, berdampingan dengan pemakaman umum. Di pemakaman keluarga tersebut sudah ada makam mbah suami istri, kakaknya mbah suami istri, menantu, bahkan cucu-cucu yang meninggal pun dimakamkan di tanah tersebut. Jam 15:30 jenazah diturunkan ke liang lahat, 1 jam kemudian prosesi pemakaman selesai, para penta'ziyah bubar, kembali ke tempat masing-masing.

Saya baru teringat, bahwa sejak jam 01:00 belum tidur dan belum makan nasi sama sekali, sehingga terasa sangat capai & lelah. Mampir ke tempat mbak, ada lepet (ketan ditaburi kelapa & kacang merah, dibungkus dengan daun kelapa), saya ambil untuk saya nikmati dalam perjalanan kembali ke Pasir, Mijen, Demak, lewat Pecangaan Jepara, yang jalannya lebih mulus, dan tidak berdebu. Maghrib sampai Pasir, karena kecapaian, tidak bisa ikut Fida' Kubro (perpisahan besar) janazah, yaitu membaca 100.000 surat al-Ikhlas oleh jama'ah se-desa. Bila yang hadir 1.000 orang, maka masing-masing orang membaca 100 kali surat Al-Ikhlas. Apa dasar ayat & hadist-nya? Wallahu a'lam.

Malam ke-2 sampai ke-5 keluarga mengadakan tahlilan, membacakan dzikir tahlil di rumah duka. Di malam ke-5, malam jum'at, Ibu meminta cucu & cucu menantu-nya yang sudah hapal al-Qur'an untuk khataman Al-Qur'an, karena itu wasiat dari almarhum.

Di hari ke-2, saya membereskan semua hal yang berkenaan dengan wafatnya ayahanda, karena saya 1-1-nya anak laki-laki almarhum, 4 mbak & 1 adik saya masih menemani Ibunda di desa kelahiran saya, Pasir Mijen Demak. Saya harus segera kembali ke Serpong, karena anak-anak sudah harus masuk sekolah Rabu, 30/9; dan saya pun punya tugas-tugas yang harus diselesaikan. Setelah tahlilan malam ke-2 di rumah duka, kami memohon diri dari Ibunda, keluarga dan masyarakat sekitar, bahwa kami sekeluarga tidak bisa mengikuti sampai malam ke-5, karena harus kembali ke Jakarta.

Terima kasih atas segala ucapan bela sungkawa dan do'a dari para sahabat, handai tolan dan kolega untuk almarhum ayahanda. Semoga semua do'a baik tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Sungguh kami ikhlas melepas kepergiaan ayahanda dalam kondisi terbaiknya, semoga kami pun, kita pun dalam kondisi terbaik kita, ketika Allah SWT memanggil kita. Amiiin.

Wakil Bupati Demak, bapak M.Asyiq pun berkenan hadir ta'ziyah, karena merasa menjadi salah satu murid ayahanda. Bapak Bupati Demak, bapak Tafta Zaini pun berencana hadir, tetapi karena ada tamu mendadak, membatalkan ta'ziyah ke Pasir. Jum'at (2/10) insyaAlloh akan diadakan sholat ghoib janazah di Masjid Agung Demak, atas permintaan bapak Wakil Bupati Demak.

Selamat jalan ayahandaku, ayahanda kami, guru kami; semoga Allah mengampuni ayahanda, menempatkan di Sisi-Nya di tempat terbaik, bersama orang-orang sholeh; dan kami dapat meneruskan perjuangan ayahanda menda'wahkan Islam dan kebenaran ke sekeliilng kami. Amiiin.

0 Response to "Catatan A Fanar Syukri: Selamat jalan, Ayahanda"

Post a Comment

"BLOGNYA WARGA DEMAK DAN SEKITARNYA "
Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi dapat mengirim tulisan apa saja artikel, Berita, Foto dan apa saja yang bermanfaat ke Email : pakardans94[at]gmail.com, Dan jika anda mempunyai informasi yang perlu diliput dapat menghubungi Redaksi Phone:
085 290 238 476
Bagi anda yang mempunyai usaha apa saja yang ingin dipublikasan via media internet dan menghubungi Redaksi
Bila anda peduli dengan kemajuan blog ini dapat berbagi dengan kami
Donasi bisa dikirimkan via pengelola blog :
Nama : FATKUL MUIN
Bank : BRI UNIT PECANGAAN KULON JEPARA
NO REK : 5895-01-000092-53-8
" Marilah Kita Bersama Berdayakan Warga Demak Agar di Kenal Di Dunia "