Thursday, 18 December 2008
DEMAK - Warga Desa Kedungmutih Kecamatan Wedung mendesak pemerintah untuk membangun pabrik pengolahan garam beryodium. Sehubungan rendahnya harga jual garam krosok saat ini, sementara produksi garam desa pesisir tersebut mencapai 80.000 ton setiap musimnya.
Seorang petani garam asal Desa Kedungmutih, Abdul Halim menuturkan, sejauh ini tak ada perbaikan kesejahteraan bagi para petani garam di Wedung. Ironisnya, di saat 1.200 petani garam yang tersebar di tujuh desa, yakni Kedungmutih, Tedunan, Babalan, Berahan Wetan, Berahan Kulon, Kendalasem, dan Kedungkarang mampu menghasilkan 60.000 ton garam per musim, namun tingkat ekonomi mereka masih saja di bawah rata-rata dan terus terpuruk.
Karena belum adanya pabrik pengolahan garam beryodium, petani terpaksa menjual garam krosok. Setiap kilogram garam krosok disebutkan hanya laku dijual antara Rp 120 hingga Rp 180, tergantung kualitasnya. Sementara garam beryodium laku dijual antara Rp 1.000 hingga Rp 1.500 setiap kilogramnya.
Kepala Desa Kedungmutih H Hamdan mengungkapkan, jumlah produksi garam Demak terhitung besar. Di Kedungmutih saja, dari lahan pengolahan garam seluas 224 hektar mampu menghasilkan garam krosok sebanyak 14.000 ton per musim.
Sebagaimana diharapkan warganya, sebelum didirikan pabrik garam beryodium, pemerintah juga didesak untuk memberikan dana talangan. Sehingga ketika panen raya, petani tidak terburu menjual garamnya dan dapat menyimpannya di gudang-gudang garam, hingga harga jual garam krosok membaik.
Kepala Disperindag Ir Koes Hartiyah menjelaskan, 2009 nanti telah dianggarkan dana sebesar Rp 200 juta untuk pembangunan pabrik garam di Kedungmutih. Swadaya desa diberikan dalam bentuk penyediaan lahan seluas dua hektar. Sedangkan partisipasi pemerintah pusat berupa bantuan hibah mesin iodisasi. ssi/Jon
0 Response to "Garam krosok melimpah, harga rendah"
Post a Comment