![]() |
Wawancara dengan Presiden Jokowi ( Sumber: google) |
Hampir setiap detak kehidupan kita sekarang selalu diliputi dengan sebuah peristiwa dan tersaji dalam sebuah media. Bahkan saat kita terlelap tidur, media tak henti menyajikan berita untuk kita. Lantas bagaimana semua itu bisa terjadi ? Apa saja yang dilakukan oleh para awak redaksi setiap detiknya ?
Berita yang kita dengar, kita lihat atau kita baca dari sebuah media muncul dari sebuah proses panjang yang disebut dengan sebuah liputan berita. Bahkan satu paragraf yang ditampilkan dalam sebuah caption foto yang dimuat di sebuah surat kabar melalui beberapa tahapan yaitu : penyaksian, penggalian informasi dan penyiaran.
Dalam dunia jurnalistik, wawancara merupakan salah satu alat untuk menggali informasi. Karena disebut salah satu artinya bukan merupakan satu-satunya alat yang dipakai untuk membuat suatu berita.. Berita tak harus muncul dari sebuah wawancara, tetapi wawancara bisa menjadi penegas atas sebuah peristiwa. Bahkan melalui sebuah wawancara dapat terunghkap sebuah fakta baru yang sebe4lumnya belum sempat muncul ke permukaan.
Bagi jurnalis pemula, melakukan wawancara atau interview jurnalistik bisa menjadi sebuah masalah yang besar, jika jurnalis tidak siap dengan materi yang akan ditanyakan kepada narasumber. Oleh karena itu, agar selalu ready to use seorang jurnalis harus selalu melakukan ‘isi ulang’ dan mengupdate informasi yang diperolehnya dengan membaca kabar terbaru..
Jika jurnalis faham dengan apa yang mereka baca, biasanya justru akan mempertebal rasa penasaran dan rasa ingin tahu. Ini yang disebut dengan sifat ‘kritis’ atas sebuah permasalahan.
Berita yang baik adalah berita yang dihasilkan dari sebuah penggalian informasi yang terampil. Oleh karena itu, saat melakukan interview, seorang jurnalis harus benar-benar fokus, dan perhatian terhadap jawaban narasumber.
Banyak wartawan pada saat melakukan wawancara tak mampu fokus dengan pernyataan yang dikemukakan oleh narasumber. Mungkin karena terlalu sibuk mencatat atau merasa tak perlu memperhatikan karena mengandalkan voice recorder. Padahal , jurnalistik adalah pekerjaan yang mengandalkan kecerdasan bukan sekadar tukang catat atau juru rekam,.
Wawancara baru dapat dikatakan berkualitas jika jurnalkis mampu menemukan benang merah dari uraian panjang lebar seorang narasumber. Salah satu ciri dari sebuah wawancara yang berkualitas adalah saat sebuah wawancara mampu berjalan interaktif antara jurnalis dengan narasumber.
Sifat Wawancara
a. Insidental
Wawancara insidental dilakukan saat jurnalis melihat seorang narasumber pada suatu kesempatan dan tanpa adanya rencana . Wawancara seperti ini dilakukan biasanya berhubungan dengan sebuah peristiwa penting yang harus dicari penegasan atau konfirmasi atas sebuah peristiwa, Sistem wawancara insidental itu biasanya dilakukan oleh jurnalis media harian yang bertemu nartasumber secara mendadak.
Karena sifatnya yang mendadak, biasanya trak banyak informasi yang bisa digali, sehingga jurnalis harus mampu melakukan prioriras yang akan ditanyakan pada narasumber atas segunung pertanyaan yang ada dalam benaknya. Wawancara seperti ini dilakukan karena berhubungan dengan katerbatasan narasumber untuk melakukan awawancara dengan jurnalis.
b. Terencana
Berbeda dengan wawancara insidental, wawancara terencana dilakukan dengan banyak persiapan. Umumnya didahului dengan adanya kesepakatan waktu dan tempat dengan narasumber. Jenius wawancara seperti ini banyak dilakukan oleh jurnalis media berkala dengan sajian berita dengan jenis tulisan Biografi, “indept news ” atau feautre..
Karena sifatnya yang terencana, maka dengan sistem ini biasanya akan banyak informasi yang bisa digali. Tetapi, jika jurnalis tak siap dengan isu-isu baru, maka jurnalis bisa terjebak dalam kondisi kebingungan tentang apa yang harus ditanyakan kemudian.
Tak Sekadar Bertanya
Wawancara memang sebuah proses tanya jawab. Tetapi, wawancara jurnalistik tak sekadar bertanya. Banyak tatacara yang harus ditepati oleh seorang jurnalis yang melakukan wawancara.
1. Jangan terlalu banyak basa-basi
2. Jangan Bergossip
3. Tepat Waktu dan Durasi
4. Jangan Memotong .
5. Jangan memojokkan
6. Bertanyalah Dengan Halus dan Sopan.
Disarikan dari berbagai sumber
Butuh Garam Krosok Demak Hubungi HAMZAWI 085727809314
0 Response to "Wawancara Jurnalistik: Bukan Sekadar Bertanya"
Post a Comment