Melihat penampilan yang parlente dan logat bicara melayunya yang khas saya tidak mengira jika Riyanto ini orang Indonesia , namun setelah lama berbicara tahulah saya jika dia ini asli orang Indonesia dan berasal dari Desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak salah satu desa Pesisir pelosok . Bapak satu anak ini telah 7 tahun menjadi TKI dan bekerja di negeri jiran Malasyia bertempat tinggal di Setapak Danau Kotak kota Kualalumpur, yaitu ibu kota Negara Malasyia salah satu kota besar di Asia. Di negeri jiran ini Riyanto bersama 5 saudaranya bekerja di sector kontruksi yaitu pemasangan plat alumunium dan kaca untuk gedung-gedung bertingkat dikota Kualalumpur , baik itu hotel, perkantoran, dan juga pertokoan. Oleh karena lamanya tinggal di sana dia sudah mempunyai IC sehingga dia bebas kemana-mana tanpa takut di tangkap polisi diraja Malasyia dan iapun dapat mencari order pekerjaan dengan leluasa. Bahkan di sana dia juga telah membeli sepeda motor sebagai mobilitas pekerjaannya yang membutuhkan alat transportasi khusus , dan sepeda motornyapun sudah beberapa kali perpanjangan STNK.
“ Kalau tak mikirkan istri di kampung sudah beli awak kereta , tapi tidak begitu pak cik awak beli tambak seharga 150 juta dan buat rumah dulu untuk tabungan besok dikala tua , nanti kalau ada uang lebih baru awak beli kereta “ , katanya dengan logat Malasyianya.
Riyanto mengatakan sebelum sukses seperti sekarang dia pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan di Malasyia, awalnya keberangkatannya ke Malasyia lewat calo . Memang biayanya lebih murah namun demikian sampai di negeri jiran ini dia seperti maling saja , keluarnya hanya pada malam hari dan pagi sampai sore dia bekerja di hutan perkebunan karet dan Kelapa sawit. Gajinya tidak begitu banyak dikurangi ongkos makan kelebihannya tidak begitu banyak , sehingga dua tahun dia bekerja di negeri diraja ini tidak ada perubahan berarti dalam hidupnya. Kemudian kepergiannya yang kedua kali ini dia menggunakan jalur bersih , tidak sembunyi-sembunyi oleh karena itu beaya yang ia keluarkan cukup besar lebih dari 10 juta. Namun setelah sampai di sana dia bisa bebas memilih pekerjaan , dan iapun ikut bos memasang plat aluminium dan kaca untuk gedung-gedung bertingkat di kota Malasyia .
Di situ dia juga bekerja dengan tenaga kerja dari Negara lain seperti Banglades , India, Thailand dan dan sejumlah Negara ASEAN . Namun Tenaga kerja Indonesia menurutnya mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain , selain rajin bekerjanya juga lebih pintar dalam bekerja sehingga dalam penggajian TKI lebih tinggi gajinya dibandingkan Negara lain. Di Malasyia tenaga kerja Indonesia rata-rata di bayar Rp 35 – 40 ringgit bahkan kadang lebih , namun selain Indon biasanya gaji mereka mentok di kisaran 35 ringgit . Oleh karena itu banyak pengusaha Malasyia yang masih membutuhkan tenaga kerja Indonesia , mengandakan tenaga kerja Malasyia sendiri jelas tidak mungkin. Warga Malasyia jarang yang terjun menjadi tenaga kerja di sector konstruksi , selain memang berjiwa malas karena telah di berikan berbagai fasilitas olah kerajaan juga tidak mungkin kuat karena tidak terbiasa bekerja berat.
“ Bisa dikatakan kota Kualalumpur bisa megah seperti sekarang dengan gedung-gedung pencakar langit , semua itu yang kerjakan orang Indon, kalau tak ada orang Indon kota Kualalumpur payah “, ujar Riyanto yang mengaku pernah bersalaman dengan Perdana Menteri Malasyia dikala Pesta Kembang Api tahun baru di Kuala Lumpur .
Bagi Riyanto yang hanya tamatan SD ( Sekolah dasar ) kota Kualalumpur sudah mengubah kehidupannya , di tahun 2010 ini dia sudah lepas dari sang majikan dan kini dia telah mencari order borongan proyek sendiri dibantu dengan 5 saudaranya yang ia datangkan dari Demak Jawa Tengah . Dengan bekerja sendiri dia bisa lebih mendapatkan hasil , selain itu pula dapat memberi pekerjaan pada saudara-saudaranya di kampung yang sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Meski baru dua bulan memborong pekerjaan dia sudah bisa menengok anak istrinya dengan membawa sejumlah uang , untuk keluarga di rumah. Meski jauh dari anak istri hal ini bukan menjadi halangan terus bekerja , karena di desapun saat ini semua sulit , laut sepi , Hasil tambakpun tidak seperti dahulu. Jika dia masih di desa tentu tidak aka nada perubahan pada nasib keluarga nya. Saat ini selain membeli tambak senilai 150 juta , kini dia baru menyelesaikan rumahnya yang menghabiskan biaya 50 juta lebih.
“ Ya kalau ingin kerja di luar negeri resepnya gampang Mas , Pakai jalan resmi bekerja di sana dengan membayar ijin yang jika dirupiahkan saat ini kurang lebih 13 jutaan, mempunyai ketrampilan utamanya misalnya bangunan, listrik , perkebunan dll dan satu lagi harus rajin bekerja jangan malas seperti warga Malasyia “, tuturnya menutup perjumpaan
Riyanto merupakan salah satu sosok TKI yang sukses di negeri Jiran , selain Riyanto masih banyak TKI lainnya yang merupakan penyumbang devis bagi negeri kita Indonesia . Kesuksesan Riyanto memang perlu di tiru ,apalagi dinegara Indonesia masih banyak pengangguran yang membutuhkan pekerjaan. Meskipun dari desa dan berpendidikan seadanya namun tidak menghambat kesuksesannya. (FM)
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )
Tags: Malaysia, Sukses, Demak, TKI
0 Response to "TKI Asal Kedungmutih Demak sukses Di Malasyia"
Post a Comment