Jumat, 12 Maret 2010 -- Perkembangan pabrik garam beryodium di Desa Kedungmutih Kecamatan Wedung menunjukkan trend positif. Setelah beroperasi sekitar tiga bulan, pabrik yang memproduksi garam beryodium merk lumba-lumba tersebut telah mampu menambah satu unit mesin seharga Rp 20 juta. Penambahan mesin dilakukan untuk memacu tingkat produktifitas, seiring tuntutan pasar yang terus meningkat.
Maklum, hasil produksi pabrik garam yang dikelola Kelompok Usaha Bersama (KUBe) Lancar Sejahtera itu telah memperoleh pangsa pasar di sejumlah daerah. Menurut ketua kelompok tersebut, H Hamdan, selain di Demak sendiri, garam merk lumba-lumba dalam kemasan 2 ons ternyata cukup laku di daerah Indramayu Jawa Barat dan Kabupaten Boyolali. Sedangkan garam beryodium dalam bentuk curah atau yang tidak dikemas, laku keras di Kabupaten Kebumen. ”Kami memang menjual garam ini dalam bentuk kemasan dan curah. Pokonya permintaan konsumen apa, kita turuti. Kitapun siap melayani pembelian dalam partai besar. Apalagi kita baru saja menambah mesin ,” ujar H Hamdan.
Dalam hal pemasaran di tingkat lokal, lanjut dia, pihaknya memperoleh bantuan dari beberapa lembaga. Di antaranya Dinas Kesehatan, PKK, puskesmas-puskesmas dan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Demak. ”Sejauh ini yang membeli garam kami paling banyak adalah sekolah-sekolah di wilayah Kecamatan Mranggen. Perbulannya bisa mencapai 20 ribu bungkus. Sedangkan di kecamatan lainnya rata-rata baru sekitar 5 ribu bungkus perbulan,” ungkapnya.
H Hamdan menuturkan, kemampuan pabriknya memproduksi garam beryodium perhari mencapai 3 ton. Meliputi 1 ton dalam bentuk kemasan dan 2 ton curah. Sementara biaya produksi yang harus dikeluarkan setiap bulan mencapai Rp 117 juta. Nilai tersebut termasuk untuk pengadaan garam krosok yang mencapai Rp 100 juta sendiri. Garam krosok dipasok petani dari Desa Babalan, Kedungmutih, Kedungkarang, Kendalasem dan Berahan Wetan. ”Pengadaan garam krosok hanya dilakukan pada Bulan Agustus hingga Nopember. Di luar bulan itu para petani tidak memproduksi garam. Meski hanya empat bulan, garam krosok yang mampu diproduksi petani mampu mencapai 1.000 ton,” terang Hamdan.
Dia menambahkan, awal pendirian pabrik garam memperoleh bantuan dari pemerintah daerah dan pusat. Melalui APBD Kabupaten tahun 2008, dialokasikan dana sebesar Rp 160 juta untuk pengadaan bangunan. Kemudian dana yang dari APBN digunakan untuk pengadaan mesin. Selain itu kelompok juga berkontribusi sebesar Rp 100 juta untuk pembuatan gudang penampungan garam krosok. ”Pemkab juga mengalokasikan dana Rp 50 juta melalui APBD 2010 untuk modal. Kalau bisa kami minta modal itu ditambah lagi. Sebab, untuk pengadaan garam krosok selama ini kami terpaksa bon dari petani,” pungkasnya. (Anang - Humas Pemda Demak )
saya tertarik ingin tahu lebih banyak tentang pabrik garam ini.dengan siapa sy bisa berhubungan?
ReplyDeletenama saya lilik wijaya dari surabaya no hp 081216269338. email saya wijaya_pl@yahoo.co.id
mohon tangapannya.TQ
kira2 bisa gak terima pasokan dari petani garam di luar tempat itu?soalx bapak saya juga petani garam
ReplyDeletebisa ga kirim ke SERANG - BANTEN 08176846880 hardianto
ReplyDelete