"Mari Berdayakan Masyarakat Demak Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

"Mari Berdayakan Masyarakat  Demak Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

BAGAIMANA MEMBANGKITKAN MOTIVASI MENULIS DAN MENYUSUN STRATEGI MENULIS YANG DAPAT MENGHASILKAN TULISAN YANG BAIK

Oleh Hernowo



Ketika memberikan semacam semiloka tentang kegiatan menulis, saya lebih suka berbagi pengalaman menulis ketimbang memberikan teori atau pelbagai peraturan tentang menulis. Meskipun saya tahu persis bahwa sebuah pengalaman—jika diwacanakan—akan muncul bangunan sebuah teori atau peraturan. Tetapi, teori atau peraturan tersebut—yang muncul dari pengalaman—tidak akan mengerangkeng atau memutlakkan sesuatu. Dengan berbagi pengalaman, saya ingin sekali pengalaman menulis saya tersebut dapat dipakai sebagai pijakan seseorang untuk menemukan teori atau peraturan yang cocok dengan diri orang yang ingin memanfaatkan pengalaman menulis saya.

Sesungguhnya tidak ada masalah ketika seseorang mengikuti sebuah teori atau peraturan menulis yang diciptakan oleh seseorang. Teori dan peraturan jelas amat bermanfaat untuk memandu diri kita agar dapat belajar dan berlatih menulis sesuai dengan standar atau patokan yang benar. Namun, saya sering mendapati kenyataan ini—bahkan saya sediri pernah mengalaminya—bahwa sebuah teori kemudian membatasi kebebasan diri kita. Teori tersebut seakan-akan memberikan kita alarm bahwa jika kita tidak menjalankan kegiatan menulis sesuai petunjuk teori tersebut, kita akan tidak mampu menulis dengan benar. Akan jelas sekali bahwa jika ketika kita mengikuti teori menulis yang seperti ini, kita pun kemudian akan tidak berdaya ketika menjalankan kegiatan menulis.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menunjukkan kepada Anda bagaimana saya membangkitkan motivasi untuk, secara kontinu dan konsisten, dapat setiap hari berlatih menulis. Saya memahami sekali bahwa menulis itu sebuah keterampilan—sama persis dengan keterampilan menyetir mobil, berenang, memasak, menendang bola, dan sebagainya. Artinya, jika kita ingin menguasai dengan baik keterampilan menulis, tentulah kita harus rajin dan bersemangat tinggi dalam berlatih menulis. Memang, banyak rintangan dan godaan dalam berlatih menulis. Salah satunya adalah mengatasi rasa malas dan bagaimana terus mengobarkan semangat dan gairah untuk menulis. Nah, saya biasa menggunakan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?) untuk senantiasa mengobarkan semangat dan gairah menulis.



Merasakan Pengalaman Menulis
Saya juga biasanya mengajak orang-orang yang ingin membangun kemampuan menulis untuk memulai dari problem yang mereka alami. Di dunia kepenulisan, problem-rpoblem menulis yang muncul biasanya dinamakan dengan ”writer’s block” (kebuntuan penulis atau hambatan-hambatan yang dialami seorang penulis ketika ingin memulai, mengembangkan, dan merampungkan tulisannya). Dari ”writer’s block” saya kemudian mengajak seseorang untuk mengalami—lebih tepat merasakan suka-duka—menulis (”writing experiences”). Tak sedikit orang yang ingin dapat menulis tapi belum pernah sekalipun merasakan kegiatan menulis yang sesungguhnya. Dan akhirnya, dari ”writer’s block” dan ”writing experiences” akan muncul ”writing tools” atau peralatan menulis (yang sifatnya nonfisik) yang akan dapat digunakan untuk memecahkan problem sekaligus menyusun strategi menulis.

WRITER’S BLOCK. Ada dua jenis hambatan menulis: eksternal dan internal. Yang eksternal, biasanya bersifat teknis. Contoh: bagaimana membuka tulisan, membuat judul yang menggigit, mengatasi kemacetan menulis, mengeksplorasi ide, dan sebagainya. Yang internal, biasanya bersifat nonteknis. Contoh: malas, tidak percaya diri, tidak punya bakat, hasil tulisannya tidak bermakna, dan sebagainya. Tak sedikit orang yang tidak berhasil merasakan problemnya. Bahkan, banyak juga yang merasa tidak mampu menulis tetapi tidak tahu hambatan atau problem apa yang dialaminya. Membangkitkan motivasi menulis hanya dapat diselenggarakan apabila seseorang benar-benar berhasil merumuskan hambatan dan problem menulis yang dirasakannya. Keberhasilan merumuskan problem ini merupakan tahap penting—dapat dikatakan bahwa sebenarnya dia sudah berhasil sekitar 60%—dalam upaya seseorang memecahkan masalahnya.



WRITING EXPERIENCES. Sebelum saya membahas bagaimana memecahkan problem menulis, saya ingin seseorang merasakan secara dalam tentang kegiatan menulis yang sesungguhnya. Pengalaman menulis ini akan memberikan masukan berharga bagi seseorang yang ingin mejelitkan kemampuan menulisnya. Pertama sekali, saya akan meminta seseorang untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam pikirannya secara sangat cepat. ”Tangkap dan segera ikatlah apa yang berseliweran di kepala Anda,” demikian cara saya mengajak seseorang untuk merasakan kegiatan menulis.

Setelah tahap pertama tersebut, saya kemudian mengajak orang yang telah merasakan kegiatan menulis tahap pertama untuk meningkatkan pengalaman menulisnya. Saya memintanya agar membaca terlebih dahulu sesuatu. Setelah kegiatan membacanya rampung, saya kemudian memintanya untuk—sekali lagi—mengungkapkan apa hasil (yang diperoleh dari) kegiatan membacanya secara tertulis. Kegiatan kedua ini sama persis dengan kegiatan pertama, hanya di kegiatan kedua ini seseorang menuliskan sesuatu sehabis dia melakukan kegiatan membaca.

Kegiatan menulis yang ketiga adalah menulis sesuatu setelah orang yang ingin memiliki pengalaman menulis itu melakukan kegiatan pengembangan ide. Mungkin kita punya banyak ide (meskipun kadang, jika ide yang banyak itu diminta dirinci, kadang tak ada satu pun ide yang berada di kepala kita). Atau mungkin kita telah berhasil menangkap dan menemukan sebuah ide; tetapi, bagaimana ide yang berhasil kita tangkap itu dapat kita kembangkan menjadi tulisan sebanyak 3 halaman, atau 10 halaman, atau sebuah makalah, atau buku yang terdiri atas 300 halaman?

WRITING TOOLS. Dalam membahas peralatan menulis yang bersifat nonfisik ini, saya menggunakan rujukan seorang tokoh bernama Stephen King—raja novel ”thriller”—untuk merumuskannya. Ada tiga alat utama, menurut saya, yang sangat ”powerful” untuk menjalankan kegiatan menulis yang memberdayakan. Pertama, alat tersebut bernama bahasa—atau lebih spesifik adalah kata-kata. Seseorang yang tidak memiliki banyak kata di dalam dirinya, biasanya akan tersiksa ketika menjalankan kegiatan menulis. Kedua adalah ”mengikat makna”. Ini konsep membaca-menulis saya yang intinya adalah bagaimana kita berhasil memadukan kegiatan membaca dan menulis dalam satu paket. Dan ketiga adalah alat bernama ”pemetaan pikiran”. Alat—atau lebih tepat metode mencatat ini—ditemukan oleh Tony Buzan. Dalam perjalanan selanjutnya, seorang doktor ahli seni dan kretaivitas, Dr. Gabriele Luser Rico, mengembangkan metode temuan Buzan ini menjadi alat menulis yang sangat ampuh bernama metode ”clustering”.



Strategi Menulis yang Dapat Menghasilkan Tulisan yang Baik
Apa tulisan yang baik itu? Tulisan yang baik, pertama, adalah tulisan yang berkarakter. Tulisan itu benar-benar mencerminkan diri orang yang menuliskannya. Ketika kita membaca tulisan yang baik tersebut, kita dapat benar-benar membayangkan (merasakan) karakter orang yang menuliskannya. Kedua, tulisan yang baik adalah tulisan yang mengandung ide atau gagasan. Bagi saya, ide adalah sesuatu yang mampu menggerakkan pikiran seorang pembaca. Dan ketiga, tulisan yang baik adalah tulisan yang memberikan manfaat-langsung bagi pembacanya ketika dia membaca tulisan tersebut.

Bagaimana menyusun strategi agar kita dapat menghasilkan tulisan yang baik? Pertama, kita harus banyak membaca tulisan-tulisan yang bergizi. Seperti makanan bergizi, tulisan yang bergizi adalah tulisan yang memperkaya (menyehatkan) ruhani kita. Apabila kita banyak membaca tulisan yang bergizi berarti di dalam diri kita akan banyak terkumpul kata-kata yang bergizi. Apabila kita banyak memiiki kata-kata yang bergizi, akhirnya ketika kita menulis maka tulisan kita akan membantu diri kita mengeluarkan potensi-potensi diri kita yang dahsyat!

Kedua, jangan hanya sekadar membaca tulisan yang bergizi, tapi—setelah membaca—ungkapkanlah secara personal hasil-hasil kegiatan membaca tersebut. Tak sedikit orang yang membaca sia-sia karena hanya menyimpan hasil kegiatan membacanya dalam pikirannya. Kenapa sia-sia? Karena setelah waktu berlalu, hasil membaca yang disimpan di dalam pikirannya itu pun hilang alias dilupakan. Oleh karena itu, agar kegiatan membaca itu menghasilkan sesuatu, tulislah—dalam bahasa saya ”ikatlah”.
Ketiga, menulis tidak bisa sekali jadi. Menulis harus dicicil, perlahan-lahan dan dirawat—bagaikan merawat (memedulikan) milik kita yang sangat penting dan berharga. Tentu, saya tahu bahwa ada ”deadline”. Sayangnya, ”deadline” ini kadang hanya kita anggap sebagai pendorong atau pembangkit semangat untuk buru-buru menulis. Menulis yang terburu-buru tidak akan menghasilkan tulisan yang baik. Menulis memerlukan waktu dan proses. Dan menulis, tentu saja, perlu kesabaran yang sangat tinggi.[]

Sumber naskah: http://www.mizan.com/index.php?fuseaction=emagazine&id=65&fid=641
Sumber gambar: Getty Images

0 Response to "BAGAIMANA MEMBANGKITKAN MOTIVASI MENULIS DAN MENYUSUN STRATEGI MENULIS YANG DAPAT MENGHASILKAN TULISAN YANG BAIK"

Post a Comment

"BLOGNYA WARGA DEMAK DAN SEKITARNYA "
Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi dapat mengirim tulisan apa saja artikel, Berita, Foto dan apa saja yang bermanfaat ke Email : pakardans94[at]gmail.com, Dan jika anda mempunyai informasi yang perlu diliput dapat menghubungi Redaksi Phone:
085 290 238 476
Bagi anda yang mempunyai usaha apa saja yang ingin dipublikasan via media internet dan menghubungi Redaksi
Bila anda peduli dengan kemajuan blog ini dapat berbagi dengan kami
Donasi bisa dikirimkan via pengelola blog :
Nama : FATKUL MUIN
Bank : BRI UNIT PECANGAAN KULON JEPARA
NO REK : 5895-01-000092-53-8
" Marilah Kita Bersama Berdayakan Warga Demak Agar di Kenal Di Dunia "