Lalu berapa biaya yang harus ditebus untuk menduduki kursi di PTN ( Unnes ) lewat jalur SMPTN tanya saya ?. Diapun mengeluarkan beberapa lembar kertas print out dari download internet yang berisi pengumuman kelulusan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi ( registrasi) agar bisa melanjutkan kuliah di Unnes yang dahulunya IKIP Semarang. Tertera jelas biaya yang registrasi yaitu Rp 9,9 juta rupiah wow sayapun tersentak melihat besarnya jumlah yang harus dikeluarkan itu, bayangan saya biaya yang dikeluarkan paling tidak lebih dari 5 juta karena lewat jalur SMPTN. Namun kenyataannya 9.9 juta itu termasuk biaya registrasi terendah , karena pada fakultas lain biaya registrasi ada yang mencapai 12 juta rupiah . lalu untuk yang jalur mandiri biaya yang dikeluarkan orang tua berapa ya ? mestinya bisa lebih dari angka diatas malahan mungkin bisa lipat dua atau tiga karena , nilai uang menentukan pula bisa diterima atau tidaknya. Logika saya yang SMPTN saja biayanya segitu apalagi yang lewat jalur khusus atau jalan tol tentu saja biaya lebih banyak yang jalur biasa (SMPTN).
Melihat kenyataan diatas saya harus trenyuh pada nasib anak penjahit langganan saya itu , menurut saya anak tersebut tergolong pintar karena meski lewat jalur biasa yang harus bersaing dengan banyak peminat dia biasa lolos. Padahal keinginannya untuk mengikuti tes SMPTN itu mestinya pada tahun 2009 yang lalu , namun karena satu hal yang berkaitan dengan biaya dia baru menjalaninya pada tahun 2010 ini . Kenyataannya pada tahun ini dia lolos tes tertulis , namun karena ketiadaan biaya untuk registrasi maka cita-citanya untuk kuliah di PTN yang bagi kami tidak favorit gagal diterpa angin. Mungkin selain anak penjahit langganan saya masih ada lagi peminat-peminat kursi di PTN yang tidak jadi kuliah karena terbentur biaya yang cukup mahal.
Bagi orang kaya uang 10 juta, 20 juta , ataupun 30 juta tidak ada apa-apanya , apalagi bagi pejabat yang hobinya korupsi milyaran rupiah uang segitu besar tidak terasa. Namun bagi kita orang-orang miskin uang segitu amat banyak karena mereka tidak mempunyai lahan untuk korupsi seperti pejabat-pejabat yang kini diadili. Untuk makan sehari-hari saya mencarinya pusing setengah mati , apalagi memikirkan biaya registrasi yang berjuta-juta , belum nanti untuk membayar uang kuliah persemester , biaya hidup sehari-hari beli buku dan lainnya. Bagi orang miskin hal itu menambah beban pikiran saja , sehingga banyak mereka yang memupus harapan anak-anaknya untuk melanjutkan kuliah dan meraih gelar Sarjana yang saat ini amat di dewa-dewakan karena kerja tanpa ijasah Sarjana tidak mungkin ada yang menerima utamanya PNS.

Kisah Sedih Di Hari Kemerdekaan
Menurut saya inilah yang harus dipikirkan oleh pemerintah ataupun pejabat yang berwenang , bagaimana menciptakan Pendidikan Tinggi Negeri yang murah , sehingga Sarjana-Sarjana yang lulus dari Perguruan Tinggi tidak hanya dimonopoli oleh orang-orang yang berduit saja. Hal ini wajar saya katakana karena melihat tingginya biaya pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri saat ini sangat jarang orang miskin yang mampu memasukinya . Oleh karenanya untuk merubah nasib mereka para orang kecil atau miskin akan sulit meskipun mempunyai otak yang pandai atau pintar , karena untuk memasuki PTN yang dimiliki tidak hanya kepintaran saja , namun uang atau biaya juga memegang peranan. Sehingga akan sangat mustahil merubah nasib mereka para orang miskin menuju ke yang lebih baik tanpa lewat pendidikan ,oleh karena itu diperlukan kebijakan –kebijakan yang memihak kepada orang miskin yang berkenaan dengan biaya pendidikan tinggi yang murah.
Untuk pendidikan dasar dan menengah memang telah ada peningkatan pelayanan kepada masyarakat miskin lewat kebijakan BOS ,BSM dan yang lainnya , meskipun begitu di lapangan masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara pendidikan. Yang cukup memprihatinkan adalah Pendidikan Tingginya meskipun PTN ( Perguruan Tinggi Negeri ) yang katanya disubsidi oleh pemerintah namun kenyataannya masih membebankan biaya pendidikan yang cukup tinggi yang tidak terjangkau oleh orang miskin. Sekali lagi inilah yang harus dibenahi oleh pemerintah yang katanya telah Merdeka 65 tahun namun , rakyatnya masih terbelenggu oleh penjajahan dunia pendidikan khususnya Perguruan Tinggi. Mestinya di era ini rakyat khususnya golongan miskin dan tidak mampu harus merdeka memilih pendidikan yang murah yang mereka inginkan , karena dengan pendidikan tersebut mereka akan dapat merubah kehidupan mereka menuju ke yang lebih baik. “Merdeka , sekali Merdeka Tetap Merdeka” , “ Merdeka untuk orang miskin, memilih pendidikan murah “ , (FM)]
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com
trima kasih untuk share linknya.
ReplyDeletesaya ikut prihatin.
memang benar biaya di Unnes sudah hampir sama mahalnya dengan biaya di univ swasta
namun menurut sepengetahuan saya, sebagian besar universitas pun punya biaya yang hampir sama dengan di Unnes.
saya tidak menyalahkan unnes dan univ lain. Universitas butuh dana untuk banyak keperluan untuk kelangsungan KBM, karena subsidi dari pemerintah sekarang telah dicabut.Apalagi, program BLH tidak jadi dilaksanakan.
meski demikian, saya tetap prihatin dengan keadaan yang disebutkan Pak Fatkhul.