“ Saya mengajar di TK Putra Bhakti ini hampir 40 tahun , karena suami saya dulu Guru SD sayapun ditawari oleh pak Kepala Desa untuk mengajar di TK yang pada waktu itu saya tidak punya pekerjaan. Nah karena sudah sangat cintanya saya dengan anak-anak maka ketika suami saya meninggal pekerjaan saya inipun saya tekuni sampai sekarang meski dengan gaji seadanya. “, cerita Ibu Hadi mengenang.
![]() |
Ibu Hadi meski lanjut tetap mengabdi |
Pertama kali mengajar TK sekitar tahun 1975 , pada waktu itu desa-desa lain belum ada sekolah TK namun dia memberanikan diri mengajar dengan bekal ijasah SMP yan ia punya waktu itu. Dengan menggunakan ruangan dibalai desa iapun mengajar anak-anak kampung yang pada waktu itu harus di jemput dari rumah- ke rumah oleh perangkat desa. Dengan kondisi seadanya iapun mengajar menyanyi menulis dan membaca dan tidak ketinggalan pula pendidikan etika atau tingkah laku. Dengan penuh semangat iapun terus mengajar tanpa melihat gaji atau honor yang diberikan oleh desa dari anggaran desa . Sampai sekarangpun setelah puluhan tahun ia mengajar anak-anak TK honor atau gaji bukan tujuan utama dia dalam mendidik anak-anak ini , namun kepuasan batin yang dapat ia rasakan jika melihat anak-anak yang ia didik menjadi orang pintar.
“ Kalau saya melihat gaji saja saya pasti sudah berhenti mengajar anak-anak ini , karena mengajar TK gajinya tidak seberapa untuk transport saja masih kurang , namun karena saya ingin membantu masyarakat agar anak-anaknya pintar semangat itupun kembali berkobar . Sehingga gaji bukanlah hal utama saya mengajar anak-anak ini , meski usia saya lanjut saya ingin tetap menyumbangkan tenaga saya untuk anak-anak ini “, ujar Ibu Hadi bersemangat.
Memang Sekolah TK ini bukanlah tempat untuk mencari gaji bagi pengajarnya, karena jumlah siswa yang bersekolah di tempat tersebut hanya 25 siswa saja yang dibagi dua kelas A dan B . Iuran sekolahnya cuma Rp 5.000,- setiap bulannya , jika dikalikan jumlah murid maka setiap bulan pemasukan dari sekolah ini hanya Rp 125 ribu saja . Uang sebesar itu untuk biaya operasional seperti membeli kapur tulis , alat peraga atau yang lainnya jelas tidak mencukupi , lalu dari mana gaji atau honor mereka mengajar ? untung pemerintah daerah kabupaten dan propinsi memikirkan nasib mereka para guru TK ini lewat tunjangan yang setiap 3 atau 6 bulan sekali keluar , itupun besarnya tidak seberapa.
Ibu Hadi ditengah anak didiknya |
Melihat kondisinya usianya yang lewat 60 tahun mestinya ibu Hadi sudah pensiun mengajar , namun karena keinginannya terus dekat dengan anak-anak maka setiap haripun ia rela nglajo dari tempat tinggalnya kurang lebih 20 km dengan naik angkot. Dari rumah pagi-pagi sekali ia berangkat karena harus ganti angkot dua kali , meski harus turun naik kendaraan setiap harinya demi untuk mencerahkan anak-anak iaupun rela menyumbangkan tenaganya. Selain itu iapun aktif dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan kecamatan yang tujuannya sebagai ajang silaruhami antara guru TK dan juga menambah pengetahuan pengajaran . Jika dibandingkan dengan guru TK yang lain ibu Hadi ini yang paling tua umurnya , sering guru-guru muda menyuruhnya untuk berhenti mengajar dan istirahat di rumah . Namun himbauan itupun tidak dihiraukannya , dia berprinsip selama badannya sehat ia tetap menyumbangkan tenaganya untuk kemajuan anak-anak meskipun imbalan yang ia terima tidak seberapa. (FM)
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com
0 Response to "Bu Hadi Puluhan Tahun Mengabdi Untuk Anak-anak Tanpa Henti"
Post a Comment