“ Awalnya ia menolak dengan halus , namun karena dorongan teman- temannya iapu menerima amanah yang cukup berat itu meski gaji atau honor yang diterima hanya Rp 500 ribu . Padahal kerja sebagai merbot jika dilihat dari gaji yang diterima tidak ada apa-apanya karena jam kerja merbot ini bisa dibilang 24 jam full. Selain Azan lima waktu merbot ini juga bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan shalat lima waktu , misalnya mengatur air wudlu , membersihkan masjid sampai dengan penyalaan lampu dan juga pengeras suara “, ujar Muchsin MN sahabat pak Masruhan yang sering tidur bersama di ruangan khusus masjid.
![]() |
Pak Maruhan dengan mik ditangan |
“Waktu ada warga yang meninggal yang mengumumkan tidak dirinya maka sayapun punya firasat ada apa-apa mengenai diri pak masruhan , benar beberapa waktu kemudian saya mendengar pak masruhan meninggal dunia dirumah sakit setelah dadanya terasa sakit kemudian dibawa keluarganya ke rumah sakit. Saya juga turut berduka karena pak Masruhan banyak membantu saya dalam mengurusi masjid ini “, tambah pak Mastokin Jasmani Ketua Panitia Pembangunan Masjid Jami’ Baitul Makmur Kedungmutih yang kini masih dalam tahap renovasi.
Bagi anak-anaknya pak Masruhan di kenal sebagai ayah dan lelaki yang sabar meski dalam kondisi hidup serba sederhana tidak pernah mengeluh ,bahkan dalam usia tuanya ia sumbangkan tenaganya untuk menjadi merbot dengan gaji tak seberapa .Namun demikian kehidupannya tergolong lumayan dibandingkan dengan yang lainnya meski tidak berkelebihan harta namun anak-naknya tergolong mudah diatur dan rukun sesama keluarga. Dalam hal pendidikan beberapa anaknya berhasil menamatkan pendidikan Sarjana , bahkan satu anaknya ada yang masih menjalani pendidikan S3 di sebuah Universitas Islam Swasta di Jakarta .
Jenazah pak Masruhan diantar handai taulan ke peristirahatan terkahir |
Meskipun ayahnya hanya seorang merbot dia tidak berkecil hati dalam menempuh pendidikan setinggi-tingginya , oleh karena itu segala cara ditempuhnya agar niatnya untuk bersekolah tinggi tercapai. Mulai dari D2 ia telah memperoleh beasiswa , kemudian dilanjutkan sampai dengan S 1 juga tanpa mengeluarkan biaya. Setelah menamatkan S1 iapun berburu beasiswa lagi untuk jenjang pendidikan S2 , dengan melewati tes beasiswa S2 pun dapat diraihnya sehingga gelar masterpun disandangnya. Semakin tinggi semakin haus akan ilmu akhirnya dengan kemauan yang kuat beasiswa S3 pun kembali di dapatnya, meski harus jauh dari kampung halaman iapun memboyong anak dan istrinya untuk menemaniya menembuh pendidikan doctoral ini.
“ Saya mempunyai keyakinan jika kita mau berusaha dengan tekun , apa yang kita cita-citakan akan terlaksana , meski dengan modal beasiswa saya bisa merasakan pendidikan sampai dengan S3 mudah-mudahan hal ini bisa memotivasi orang lain untuk belajar setinggi-tingginya meski dalam kondisi ekonomi yang minim . Ini semua berkat juga do’a dari orang tua kami “, ujar Muthoifin El Demaky salah seorang putra pak Masruhan .(FM)
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com
0 Response to "Pak Masruhan Merbot Masjid Itu , Kini Telah Tiada"
Post a Comment