Salah satu pekerjaan buruh terbanyak di desa ini adalah sebagai pekerja di sector pemintalan kain manual yang orang menyebutnya sebagai pekerjaan menenun atau membuat kain tenun. Sepuluh tahun yang lalu setiap pagi dari desa ini puluhan orang dengan naik sepeda atau angkutan umum berangkat ke desa Troso kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara yang dikenal sebagai sentranya industry tenun . Di sana mereka bekerja sebagai buruh pembuat kain pada pengusaha tenun ikat dengan cara bayar borongan yang setiap minggunya mendapatkan upah dari hasil jerih payahnya selama satu minggu. Tenaga yang terjun ke industry tenun Troso ini selain para remaja yang putus sekolah , wanita dan banyak pula orang tua dewasa. Dari waktu ke waktu jumlah tenaga kerja yang terjun ke industry tenun semakin bertambah , sehingga pada tahun ini jika dihitung ada 100 orang lebih.
Ahmad syarif (19) buruh pengrajin tenun troso dari desa tedunan Demak |
“ Karena tempat kerja yang jauh selain membutuhkan waktu dan biaya , maka tiga tahun terakhir ini bos-bos pemilik alat tenun ini bersedia meminjamkan alat tenunnya untuk dibawa kerumah para pekerja dengan tanggung jawab mandor. Seperti di rumah saya ini ada 15 alat tenun yang menjadi tanggung jawab suami saya “, ujar Ibu Mufarihah (40) istri Bakri (45) salah satu mandor dari desa Tedunan yang dipercaya oleh Bosnya dari Troso.
Mufarihah kepada Fatkhul Mu’in dari Mitra Pos mengatakan, industry tenun Troso di desanya sudah sekitar tiga tahunan berjalan. Dulu para pekerja yang “mburuh” membuat tenun torso ini harus berangkat pagi-pagi dan pulangnya menjelang sore hari. Namun semenjak ada kepercayaan dari bos dengan meminjamkan alat tenun pada pekerja maka hasil buruhan yang diterima lebih banyak karena tidak terpotong oleh biaya transportasi . Jika dihitung harian mereka para pekerja tenun di desa Tedunan ini penghasilannya Rp 25.000,- sampai Rp 30.000,- dengan kerja yang santai . Upah akan lebih besar lagi jika mereka mau kerja lebih keras lagi upah mereka dapatkan bisa mencapai Rp 35.000,- - Rp 40.000,- yang mereka dapatkan seminggu sekali lewat mandor tangan kepanjangan bos dari Jepara.
“ Sementara ini kami hanya sebagai buruh saja , untuk menjadi pengusaha kami belum mempunyai modal untuk membeli peralatan dan juga bahan-bahannya . Oleh karena itu jika pemerintah mengembangkan usaha tenun torso di desa kami saya sangat senang sehingga kami tidak menjadi pekerja terus “, harap Mufarihah.
Buruh menjadi pengusaha
Melihat industry tenun Troso yang cukup potensial untuk dikembangkan di desa Tedunan ini diperlukan kepedulian berbagai fihak utamanya instansi terkait. Sehingga mereka para buruh yang telah puluhan bergelut menjadi pekerja di sector tenun troso ini bisa menjadi pengusaha yang selain bisa membuat juga bisa memasarkan hasil produksinya. Mereka para pekerja dibina dengan cara diberikan modal kerja untuk pembelian alat tenun dan juga pembelian bahan baku seperti benang dan yang lainnya . Dengan peralatan dan bahan tersebut mereka bisa berproduksi sendiri yang akhirnya bisa mempunyai produk yang dipasarkan sendiri tentunya mempunyai nilai tambah yang lebih besar.
Dengan jumlah yang banyak itu mereka dapat dikoordinir menjadi beberapa kelompok pengrajin tenun yang kemudian dicarikan modal lewat program-program yang ada seperti PNPM dan juga kredit dari perbankan yang ada. Dengan pembinaan yang berkelanjutan ini maka ke depan para pekerja di sector tenun ini ke depan akan menjadi pengusaha tenun yang mempunyai “nama tersendiri “ sehingga kabupaten Demak akan juga mempunyai sentra industri tenun “Troso “ yang akan meramaikan bursa tenun di skala nasional.
“ Melihat potensi tenun troso yang cukup potensial ini , saya yakin jika dikembangkan dengan baik desa kami akan menjadi sentra industry tenun troso di kabupaten Demak , Oleh karena itu kami mengharapkan sekali pembinaan dari instansi terkait utamanya dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Demak untuk merespon keinginan warga disini agar mereka tidak hanya buruh yang bekerja untuk orang lain namun ke depan menjadi pengusaha tenun Troso yang memproduksi sekaligus memasarkannya“, ujar Armi Y. salah seorang KPD ( Kader Penggerak Desa ) yang selalu aktif dalam setiap kegiatan di desa Tedunan kecamatan Wedung kabupaten Demak.
Sementara itu Ahmad Syarif (19) buruh pengrajin Tenun Troso dari desa Tedunan ketika ditemui mengatakan , selama ini mereka para pengrajin tenun ini hanyalah sebagai buruh saja yang mendapat upah borongan dengan system mingguan. Alat dan bahan semua disediakan oleh bos liwat mandor yang ada di desanya , oleh karena itu jika memungkinkan fihaknya mengharapkan adanya pembinaan dengan cara memberikan bantuan atau pinjaman berupa alat dan bahan . Sehingga mereka tidak terus memburuh pada bos namun untuk waktu ke depannya dapat menjadi pengusaha , sehingga hasilnya jauh lebih besar lagi. (FM)
0 Response to "Desa Tedunan Demak, Potensial Pengembangan Tenun “Troso”"
Post a Comment