![]() |
Mengasak padi |
” Ya beginilah pak kerja kami jika musim panen tiba mencari gabah atau padi sisa panen yang ditinggalkan pemiliknya , dari sedikit kami kumpulkan setelah kumpul banyak nanti kami jual atau kami bawa ke tempat penggilingan padi ”, ujar Ibu Mukholifah (57) warga desa Karangaji kecamatan Kedung kabupaten Jepara yang ditemui di lahan sawah habis panen desa Tedunan Kecamatan Wedung kabupaten Demak .
Aktifitas ”Ngasak” ini dilakukan oleh ibu Mucholifah jika musim panen padi tiba , selain di desanya sendiri kadang-kadang dia mencari padi ke desa tetangga yang juga sawahnya habis panen. Pagi dia berangkat sendiri kadang-kadang juga bersama satu atau dua temannya , setelah sampai di lahan mereka kemudian berpencaran. Selain mencari padi di sisa batang padi habis tebangan , kadang kala mereka menunggui orang yang panen padi kemudian meminta batang padi sisa untuk dicari gabahnya dengan cara dipukul-pukul kemudian dibawahnya di beri alas agar gabahnya tidak jatuh. Gabah-gabah itupun dikumpulkan sedikit demi sedikit dari tepat satu ke tempat lain jika sudah terkumpul banyak kemudian di bawa pulang.
” Ya nggak tentu jika ada orang panen banyak ya kadang bisa dapat 5 kilo gabah , kadang pun hanya dapat 1 kilo tergantung dari rejeki kita. Ya yang namanya ngasak tidak bisa ditentukan hasilnya Mas ”, ujar Ibu Mukholifah.
![]() |
Sementara itu ibu Tumisih penggarap sawah di desa Tedunan kecamatan Wedung Kabupaten Demak mengatakan para pengasak yang sering beroperasi di sawah yang habis di panen atau menunggui batang padi habis panen menurutnya tidak mengganggu pemilik lahan sawah . Oleh karena itu mereka membiarkan beroperasi dan juga mencari gabah dari batang padi habis panen toh kalau tidak diambil ya dibiarkan begitu saja. Selain itu mereka juga mencari rejeki yang hasilnya dibuat untuk makan sehari-hari keluarganya , sehingga hal itu merupakan sesuatu yang perlu di bantu. Bahkan jika hasil panen para petani bagus , kadangkala ada juga para petani yang memberikan gabah langsung pada pengasak itu.
” Ya itu sudah tradisi disini jika panen tiba ya ada pengasak yang mencari rejeki di sisa-sisa padi habis panen , bagi petani mereka itu tidak menganggu sama sekali ya dibiarkan saja mereka mencari rejeki ”, ujar ibu Tumisih. (Fatkhul Muin)
MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM
ReplyDeleteKETIKA PANEN TIBA
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahuin yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.
Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.
Solusi yang lebih praktis dan sangat mungkin dapat diterima oleh masyarakat petani kita dapat kami tawarkan, yaitu: BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB LENGKAP AVRON / SO” + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS ( EM16+ ).
Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?
CATATAN: Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.
Semoga Indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah dapat segera tercapai.
Terimakasih,
Omyosa -- Jakarta Selatan
02137878827; 081310104072
Om yosa kita akan share gagasan anda jika ada tulisan yang dipublikasikan tolong kirim via email kami pakardans@gmail.com kita tunggu
ReplyDelete