Jepara - Nur
Hadi, warga desa Banyu Putih, kecamatan Kalinyamatan, kabupaten Jepara
merupakan penulis cerita pendek yang produktif. Pasalnya ratusan cerpennya
sudah mewarnai berbagai media; Annida, Ummi, Noor, Story, Cempaka, Surabaya
Post, Radar Surabaya, Seputar Indonesia, Republika, Merapi, Kedaulatan Rakyat
dan masih banyak lagi.
Kepiawaiannya dalam menelurkan karya sastra tidak lepas dari
kebiasaannya merangkum buku sejak masih Sekolah Dasar (SD). Selain itu, istiqamahnya
dalam membaca dan menulis. “Untuk jadwal menulis biasanya setelah Subuh. Karena
waktu itu suasana masih fresh dan belum ada masalah yang dihadapi,” katanya.
Dalam sebulan 1-6 tulisan pernah dimuat. “Tetapi saya tidak
menarget berapa tulisan saya yang harus di muat,” jelasnya.
Honor tulisan yang ia dapatkan digunakannya untuk berbagai
kebutuhan. Semisal membantu membayar hutang orang tua, memeriksakan adik di
kala sakit, tambahan modal untuk kerja, beli buku, kebutuhan sehari-hari dan amal jariyah.
Kecintaannya dengan ranah sastra tidak lepas dari
kegandrungannya dengan penulis Annida semacam Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan
Sakti Wibowo. “Setelah mengenal karya-karya mereka akhirnya orientasiku
berubah. Dari menulis saya pengen mempunyai penghasilan, bermanfaat bagi orang
lain dan upaya untuk mengutarakan gagasan,” tambahnya.
Apalagi setelah mengenal karya sastra secara luas. Dirinya telah
membaca karya-karya Seno Gumira Ajidarma, Joni Ariadinata, Danarto, Hamsad
Rangkuti dan Ayu Utami. “Bahwasanya sastra genre serius adalah sarana untuk
menyatukan kepada dunia. Semua alasan itu buat aku jadi terinspirasi
terus-menerus menulis disamping berusaha memperbaiki kualitas diri,” paparnya.
Kurang Sosialisasi
Meski secara Nasional karya-karyanya telah diakui tetapi
bagi Asyari Muhammad, penyair Jepara dirinya perlu sosialiasasi. “Saya sangat salut
dengan perkembangan yang dialami Nur Hadi tetapi sayangnya ia jarang
bersosialisasi,” akunya.
Sosialiasasi yang Asyari maksud, dalam setiap even sastra
dirinya diharapkan ikut aktif. “Saya dan kawan-kawan sering mengajaknya
mengikuti kegiatan sastra tetapi di forum ia hanya diam. Untuk sekedar membacakan
puisi, cerpen maupun menyampaikan gagasan belum banyak dilakukannya,” ungkap
Asyari.
Pahadal cerpenis Jepara, Kartika Catur Pelita pada awal mulanya
enggan bersosialiasi tetapi sekarang sudah mengalami perkembangan. “Dalam
setiap kegiatan sastra di Jepara dipastikan dirinya ikut andil untuk membacakan
cerpen maupun puisi. Nah, itulah yang saya harapkan dari Nur Hadi ya menulis,
ya sosialisasi,” pungkasnya (Syaiful Mustaqim)
postingan ini sangat menarik serta enak dibaca, saya berharap bisa berkunjung lagi
ReplyDeleteTerima kasih anda telah memberikan kesempatan untuk berkomentar. Artikel anda sangat bagus. Semoga bermanfaat untuk semua
ReplyDeleteBeliau adalah guru mengaji saya, thanks to him now i can read al-quran well.
ReplyDelete