![]() |
Ali Khomsin sedang beraksi |
Jepara : Bagi Ali Khomsin (25) meski dulu saat
masih duduk dibangku kelas I Madrasah Tsanawiyah (MTs), tetapi ia sudah
dikenalkan seni ukir oleh kakak kandungnya, Sudaim. Waktu itu dirinya
dikenalkan dengan unsur ukir semisal sunduk samping, ngekoli, nyoreti dan
nglemahi. Saat itu, kelas satu, kakaknya secara total mengajarinya mengukir.
Setelah itu ia dilepaskan untuk memasuki ranah kerja secara nyata.
“Saya belajar natah sejak masih duduk dibangku kelas
1 MTs. Waktu itu yang mengajari adalah kakak kandung saya. Setelah kurang lebih
setahun berjalan saya diajari, menginjak kelas 2 saya mulai kerja sendiri,”
akunya saat ditemui dirumahnya.
Kini kepandaian lelaki yang tinggal di desa Dongos RT.05
RW.02 kecamatan Kedung kabupaten Jepara itu masih berlanjut hingga saat ini.
Meski natah, istilah Jawa dari mengukir baginya bukan merupakan incaran
profesi utama tetapi bagi Ali upah yang dihasilkan dari jerih payahnya itu
sudah bisa untuk tambahan uang sakunya.
“Jika mau jujur, natah sebenarnya bukan profesi
utamanya saya. Karena belum memiliki pekerjaan utama ya akhirnya saya jalankan
hingga saat ini,” lontarnya.
Kepada Wartawan, lulusan IAIN Walisongo Semarang itu sempat
membeberkan upahnya dari sejak MTs hingga Sarjana. Dikatakannya, dulu upah yang
ia terima antara Rp.4.000-5.000,-. Itu dikarenakan, ia hanya bisa bekerja
sepulang sekolah antara jam 14.00-16.00 WIB. Sedangkan saat upahnya sudah
mencapai Rp.25.000-30.000,-/ hari.
“Ya, uang yang saya dapatkan hanya bisa untuk nambah-nambahi
bayar SPP dan LKS. Selebihnya biaya yang lain ditanggung oleh orang tua. Untuk
biaya kuliah di Semarang pun juga demikian masih menggantungkan diri kepada
ortu,” bebernya.
Meski begitu, ia yang pernah mandeg 2 tahun selepas
lulus MA masih menyimpan angan-angan agar suatu saat kelak mendapatkan pekerjaan
layak sesuai dengan jenjang pendidikannya. Secara gamblang, ia pun malu jika lima
tahun sudah menimba ilmu di Semarang tetapi akhirnya hanya menjadi buruh ukir
saja.
Untuk saat ini, pekerjaan yang ada dijalani dulu. “Sementara
ini, garapan yang diberikan sejumlah 6 stel perminggu saya jalani dengan serius.
Tetapi dilain pihak saya juga berusaha agar ijazah S1 saya tidak nganggur
nantinya,” harapnya. (SM/FM)
0 Response to "Ali Khomsin, Meski Sarjana Masih Mengukir Kayu"
Post a Comment