Pengasak Padi |
Jepara – Persawahan
yang kering kerontang bagi siapapun merupakan lahan yang tidak berguna sama
sekali , namun demikian di keringnya lahan itu tidak menyurutkan segelintir manusia yang mengais rejeki disana .
Disawah yang ditinggalkan pemiliknya itu mereka mencoba mencari sisa-sisa bulir
padi yang masih ada isinya dari ribuan bulir yang gagal panen. Dengan semangat
yang menyala-nya mereka sabit padi yangyang mongering itu lalu mereka tumbuk
dengan batang kayu agar bulir padinya berjatuhan diplastik sebagai alasnya.
Habis menyabit satu genggaman kemudian ditumbuk kemudian sabit lagi begitu
seterusnya sampai mendapatkan gabah meski jumlahnya tidak begitu banyak.
“ Ya namanya
orang tidak punya demi mencari sesuap nasi ya bekerja seadanya . Siapa tahu
dari padi puso ini saya masih mendapatkan sedikit gabah yang nanti bisa saya
tumbuk untuk makan keluarga. Mudah-mudahan hari ini dapat banyak “, ujar mbok Minah ( bukan nama sebenarnya) warga
desa Dongos kecamatan Kedung di lahan persawahan desa Troso kecamatan
Pecangaan Senin (3/10/2011)
Mbok Minah
mengaku dia harus berjalan lebih 5 Km setiap harinya untuk ngasak yaitu mencari
padi sisa habis panen atau puso ditinggalkan pemiliknya. Ketika awal panen
tempat ngasak masih dekat dengan tempat tinggalnya , namun lama kelamaan daerah
buruan makin jauh karena lahan-lahan yang lainnya juga diserang oleh para
pengasak lain. Jika tempatnya jauh pagi-pagi ia telah berangkat meninggakan
tempat tinggalnya karena takut lahan buruannya sudah diduduki pengasak lainnya
. Pulangnyapun tidak tentu namun kebanyakan menjelang maghrib sampai dirumah
hal itu disebabkan hasil perolehannya sedikit sehingga harus menyasar lahan
yang lainnya.
“ Alhamdulillah
dari ngasak ini saya dapat gabah 2 -3 kilo , kalau pada musim panen bisa lebih
namun setelah habis panen dan kering seperti ini sulit untuk mendapatkan
sebanyak itu harus seharian di sawah “, akunya sambil menumbuk batang padi
batang padi kering.
Pencari rumput |
Sementara itu
beberapa orang juga mengais rejeki dikeringnya persawahan yaitu para pencari
rumput untuk makanan ternak . Selain merumput untuk memberi makan ternaknya
sendiri ada juga yang menjual rumput kepada para peternak yang memnbutuhkan. Di
keringnya lahan sawah itu mereka mencabuti rumput satu persatu kemudian mereka
kumpulkan dalam sak plastic yang telah dipersiapkan dari rumah . Mereka memilih
rumput khusus yang disukai oleh ternak , oleh karena itu mereka harus masuk di
lahan kering yang pecah-pecah untuk mancabuti rumput meski cukup melelahkan
namun mereka tidak menghiraukan demi ternak mereka atau sesuap nasi dari hasil
penjualan rumput mereka
Dari rumah
merekapun harus pagi-pagi agar sampai di persawahan tidak kesiangan , dengan
membawa sepeda atau sepeda motor tua merekapun turun kesawah berbaur dengan
pencari rumput yang lain . Karena setiap hari diambil lahan pencarian rumput mereka makin lamapun
semakin jauh dari tempat tinggal mereka . Mereka harus mengontel sepeda atau menaiki
sepeda motor sejauh 4 – 5 kilometer dari tempat tinggal mereka , namun demikian
mereka mengaku enjoy dengan pekerjaan itu karena dilahan persawahan yang kering
itu mereka masih dapat rejeki.
“ Kalau saya cari
rumput ini untuk makan ternak sendiri ,saya mempunyai kambing 5 ekor , namun
ada pula yang dijual setiap saknya ya Rp 10.000 – Rp 15.000,- biasanya dijual
pada peternak sapi atau kerbau “, aku Mbah Din ( bukan nama sebenarnya) warga
desa Sowan Kidul yang ditemui di persawahan desa Pecangaan Kulon yang kering
karena kemarau. (FM)
0 Response to "Mengais Rejeki di Keringnya Persawahan"
Post a Comment