Buah Brayo dari pohon Api-api |
Jepara - Buah dari pohon api-api yang dikenal sebagai buah “Brayo” sejak dulu telah dicari orang dan diperjualbelikan sebagai makanan. Meski belum ada yang tahu khasiatnya namun buah kecil-kecil dari tanaman yang tumbuh sipinggir laut ini mempunyai penggemar tersendiri. Setelah direbus tiga jam dan diganti airnya berkali-kali buah brayo ini bisa dimakan sebagai cemilan tambahan dengan diberikan parutan kelapa. Rasanya yang sedikit manis dan agak pahit ini mempunyai kekhasan tersendiri bagi penggemarnya , selain itu buah yang berkulit tipis ini jika direbus akan menjadi empuk dan membuat sensasi lidah tersendiri. Oleh karena itu jika sudah merasakan nikmatnya buah brayo ini kebanyakan mereka akan membeli lagi .
“ Saya berdagang buah brayo ini sudah 15 tahun
lebih , dari pencari masih mentah seperti ini . Sampai rumah nanti kita
bersihkan lalu direbus dan hilangkan kulitnya . Setelah itu baru kita jual
dalam bentuk sudah matang dan siap makan “ , tutur Mbah Maniah (56) warga desa
Sowan Lor pada wartawan yang menemuinya Senin (19/12) di pinggir jalan desa
Kedungmalang tempat berkumpulnya para pengepul buah Brayo.
Menurut Mbah
Maniah usaha jual beli buah brayo ini cukup menguntungkan , dari para pencari
buah Brayo ini dia membeli dengan sisten takaran. Satu dunak besar ia beli Rp
25 ribu – 35 ribu , setekah terkumpul ia masukkan dalam zak-zak plastic untuk
diangkut ke rumahnya . Jika kondisi sedang musimnya setisap hari ia bisa
membawa pulang 5 – 8 zak besar , namun jika kondisi sedang sepi 4 zak bisa ia
bawa pulang. Sampai dirumah tetangganya sudah menunggu untuk membeli buah brayo
mentah ini untuk diolah menjadi brayo matang siap jual. Diapun menyisihkan 1-2
zak saja untuk diolah dan dipasarkan dalam kondisi matang , sisanya di”bangkelkan
“ pada tetangga atau bakul langganannya.
Ibu Maniah si pedagang Buah Brayo |
“ Ya kalau
dihitung untungnya ya lumayan, meski sedikit tapi kita bisa bagi-bagi rezeki
dengan tetangganya . Oleh karena itu jika pas musim buah brayo datang saya
pasti ke sini untuk mengumpulkan buah brayo dari para pengepul disini “, tambah
Mbah Maniah.
Sementara itu
Miftah (37) warga desa Kedungmalang dan istrinya sudah tiga tahun menekuni
usaha jual beli buah brayo ini . Dengan berbekal zak plastic dan sedikit uang
ia mangkal di pinggir jalan desa Kedungmalang Timur yang menjadi “pasar
krempyeng” tempat bertemunya para pencari buah brayo dan para pengepul. Dengan
sabar ia menunggu datangnya para pencari buah brayo yang menjadi langganannya
setiap hari . Setelah yang ditunggu datang iapu kemudian menakar brayo
perolehan pelanggannya itu denga memasukkannya ke dalam “Dunak” ( bakul besar)
sampai penuh , selanjutnya ia masukkan brayo ke dalam zak-zak yang ia bawa lalu
ia ikat kuat-kuat. Satu zak penuh ia lanjutkan masukkan zak lainnya , sambil di
bantu dengan istrinya.
“ Satu zak ini
kurang lebih 4 – 5 dunak , hari ini harga perdunak Rp 30 ribu , lumayan hari
ini saya dapat tiga zak . Setelah ini lalu kita pasarkan lagi untuk diolah menjadi buah brayo matang . Saya
hanya menjual buah brayo dalam kondisi mentah seperti ini “, ujar Miftah sambil
memasukkan buah brayo ke dalam zak.
Di tempat yang
sama Siti Muzaro’ah (55) pencari buah brayo dari desa Kedungkarang pada
wartawan mengatakan , dalam satu harinya dalam kondisi buah brayo sedang musim
ia bisa mendapatkan 2- 2,5 dunak. Dari rumah ia berangkat jam 8 pagi dan
pulangnya menjelang shalat ashar atau sebelumya ketika sudah mendapatkan buah
brayo yang banyak. Buah brayo ini ia dapatkan dari pohon yang tumbuh di tambak,
pinggir sungai dan juga tepi pantai . Meski harus kehujanan dan kepanasan profesi
mencari brayo ini ia lakukan sudah puluhan tahun dan hasilnya bisa membantu
suaminya menambah penghasilan keluarga.
“ Ya kalau
dilihat berat ya berat karena harus kepanasan dan kehujanan , namun jika
dilihat hasilnya yang lumayan ya jadi ringan apalagi setelah mendapatkan ini “,
kata Ibu Muzaro’ah sambil menunjukkan uang hasil perolehan penjualan brayonya
hari itu.
Selain ibu
Muzaro’ah masih ada puluhan lain ibu-ibu yang berprofesi sebagai pencari buah
brayo . Setiap hari dari tangan-tangan ibu-ibu bisa diperoleh penghasilan Rp 40
ribu – 75 ribu rupiah . Meski harus berangkat pagi dan pulangnya sore menjelang
, namun mereka tampak bersemangat karena hasil dari mencari buah brayo ini
cukup menjanjikan. (Fatkhul Muin)
0 Response to "Buah “Brayo” Buah Langka Yang Tetap Di Cari"
Post a Comment