Khoirul Anam meracik bakso |
Demak
- Bagi Khoirul Anam (16) warga desa Kedungmutih
kecamatan Wedung kabupaten Demak jualan bakso saat ini menjadi kesibukannya
sehari-hari setelah putus sekolah dari Madrasah Aliyah . Jika teman-teman sebayanya
masih mengharapkan bantuan dari orang tua , namun dirinya meski sedikit telah
membantu orang tuanya dari berjualan bakso. Setiap hari ia berkeliling desa
Kedungmutih dan juga desa tetangga untuk memasarkan bakso buatan orang tuanya .
Dengan gerobag dorong sederhana ia berangkat dari rumah sekitar pukul 9 pagi
dan pulang nanti menjelang maghrib atau atau sebelumnya ketika dagangannya habis.
“ Pulangnya ya tidak tentu pak
kadang habis maghrib , kadang pula sebelumnya tergantung dagangan habisnya
kapan “, aku Khoirul Anam pada wartawan yang menemuinya (12/12)
Khoirul yang jebolan Madrasah
Tsanawiyah mengatakan, dirinya jualan bakso berawal dari tidak kerasannya di
pondok pesantren Kudus ketika sekolah Madrasah Aliyah. Oleh karena itu dia
bilang pada orang tuanya untuk berhenti sekolah karena sudah tidak tahan mondok
dan sekolah. Oleh ayahnya agar waktunya tidak terbuang percuma iapun diwajibkan
untuk berjualan bakso dengan gerobag yang dulu dijalankan ayahnya keliling
kampung.
Berbekal dengan keberanian iapun mengiyakan
perintah ayahnya meski berat ia rasakan
ketika berjualan pada awalnya. Selain harus keliling kampung mendorong
gerobag iapun harus meracik bakso bikinan ayahnya. Dan yang paling sulit adalah
menentukan jumlah takaran bakso agar uang yang didapatkan bisa sesuai dengan
modal yang dikeluarkan.
“ Satu dua hari pertama awal
jualan saya sering rugi atau impas ,
namun setelah berjalan sepuluh hari sedikit demi sedikit saya dapat untung
karena sudah tahu menakar bakso untuk pelanggan. Ya sekarang ya saya dapat
menyisihkan uang Rp 20 ribu – 30 ribu sendiri setelah dikurangi modal dan
setoran kepada ayah saya “ kata Khoirul
Anam .
Setelah hampir 6 bulan berjualan
bakso dengan gerobag dorong , Khoirul mengaku sudah terbiasa keliling kampung
sehingga pelanggannyapun sudah banyak. Ditiap-tiap gang ia mempunyai pelanggan
dari anak-anak sampai orang dewasa. Karena harga yang ditawarkan pelanggan
bervariasi maka pelanggannyapun tidak terbatas orang dewasa saja , berapapun
orang yang beli ia layani . Harga standar permangkok Rp 3.000- Rp 3.500 ,namun
ia juga menerima pelanggan yang membeli Rp 1.000,- ataupun Rp2.000 . Karena
fleksibel dalam penjualan itulah maka dagangannya selalu habis setiap harinya. Selain keliling kampung iapun
sering mangkal ditempat-tempat keramain seperti pasar,pangkalan ojek dan
sekolah-sekolahan.
Bakso dan Horog-horog |
“ Ya kadang-kadang juga diganggu
anak-anak nakal yaitu makan bakso tak mau bayar, tetapi setelah saya ngomong
pada mereka akhirnya mereka sadar . Kalau tidak punya uang paling-paling mereka
bilang ngebon “, tambah Khoirul ketika ditanya kendala.
Meski saat ini dirinya berjualan bakso
keliling Khoirul mengaku tidak merasa malu justru dia bangga karena masih muda
sudah bisa membantu orang tuanya . Dia memilih berjualan bakso karena
dipaksakan untuk sekolah juga tidak mampu , daripada menghabiskan uang orang
tua lebih baik ia berhenti sekolah membantu orang tuanya.Dia mengaku merasa
senang meski hanya berijasah Madrasah Tsanawiyah , karena dalam kehidupan ia
tidak mempunyai keinginan lain selain bisa bekerja dan mendapatkan uang.
Cita-citanya ke depan ia bisa
jualan bakso ider menggunakan sepeda motor seperti ayahnya . Oleh karena itu
setiap harinya ia rajin menabung dari penyisihan setoran orangtuanya ke
Koperasi “Margi rahayu” pasar Desa Kedungmutih. Jika terkumpul banyak uangnya
tersebut akan dibelikan sepeda motor untuk ider bakso keliling., selain itu
jika prei dia bisa jalan-jalan naik sepeda motor. (Fatkhul Muin)
0 Response to "Khoirul Anam , Putus Sekolah Lalu Jualan Bakso"
Post a Comment