![]() |
Add caption |
Kudus - KH Masdar Farid Mas’udi, Rois Syuriah PBNU mengatakan
untuk mewujudkan Islam toleran dibutuhkan Ihsan (tenggang rasa). Tenggang
rasa yang ia maksud ialah dalam memeluk Islam tidak perlu mengaku paling benar
sendiri. Demikian dikatakannya dalam Halqah: “Islam Toleran dalam Himpitan
Gerakan Islam Trans-Nasional” di gedung Yayasan Masjid Menara dan Makam
Sunan Kudus (YM3SK), Jalan Sunan Kudus No.194 Kudus, Ahad (11/12) kemarin.
Masdar mengungkapkan dengan tenggang rasa maka diharapkan
tidak ada yang mengaku paling benar sendiri. Sebab kebenaran ungkapnya adalah
murni milik Allah SWT.
Hadits tentang 73 golongan Islam, paparnya diakhir kalimat
menggunakan ana waashabihi. Ia menjelaskan kalimat pungkasan
hadits tersebut menjelaskan bahwa Nabi tidak mungkin menyebut golongan yang
bakal selamat dengan menunjuk golongan secara langsung. Sehingga, hal itulah
yang menurutnya dijelaskan sebagai nisbi, kebenaran yang belum tentu
mutlak. “Semua boleh mengaku benar tetapi tidak boleh menganggap yang lain itu
salah atau bahkan mengkafirkannya,” imbuhnya.
Berkaitan dengan kebenaran nisbi lantas Masdar
mengutip pendapat Muhammad Idris Assyafii,”Pendapat saya benar menurut saya
tetapi salah menurut anda. Pendapat anda salah menurut saya dan benar menurut
anda,” kutipnya.
Sehingga Islam jelasnya adalah lailaha illallah
sebagai pijakan tauhid. Kemudian disempurnakan dengan perilaku tsummastaqim,
berbuat baik dan tulus kepada sesama.
Ia melanjutkan Islam toleran tegasnya sudah dipraktikkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam Pancasila. Ketuhanan Yang Maha
Esa (Tauhid) sebagai landarasan spiritual. Kemanusiaan yang adil dan
beradab (Karamatul Insan), acuan moral.
Persatuan Indonesia (Ukhuwah), acuan sosial.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan (Syuro Bainahum) dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (al-adalah),
sebagai tujuan muaranya. (Syaiful Mustaqim)
0 Response to "PBNU: Islam Toleran Butuh Ihsan"
Post a Comment