![]() |
Habib Lutfie |
Jepara - Memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan perwujudan daripada cinta kepada rasul. Demikian
diungkapkan Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Rais Am Jamiyyah Ahli
Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
di desa Robayan kecamatan Kalinyamatan, Rabu (6/6) kemarin.
Menurutnya,
peringatan maulid merupakan wujud cinta kepada siapa saja. Bisa cinta kiai,
ulama, wali utamanya kepada Rasul. Ketika cinta maka sirah (sejarahnya)
akan dibaca berulang-ulang, di-muthalaah. Semisal membaca kitab Safinatun
Najah bab Arkanul Islam, jika dibaca berulang-ulang akan muncul
pemahaman yang berbeda. Semakin sering dibaca akan semakin tambah paham.
“Pembacaan
maulid yang dilakukan berulang-ulang akan memperoleh pemahaman yang berbeda.
Hari ini dan kemarin akan menemukan pemahaman berbeda. Akan bertambah pula pemahamannya,”
jelasnya.
Begitu
juga dengan kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cinta
NKRI tidak hanya dilaksanakan pada 17 Agustus saja melainkan setiap setiap hari
senin dan upacara kebangsaan yang lain cinta kepada bangsa selalu ditanamkan
melalui pengibaran sang saka merah-putih. “Kalau kita tidak cinta pada NKRI
untuk apa kita harus melakukan upacara bendera. Hormat kepada sang saka merah
putih?” tandasnya.
Habib
Luthfi menjelaskan bahwa ada makna yang terkandung yakni kita mesti bercermin
kepada merah-putih. Bahwa merah-putih adalah harga diri bangsa. Kehormatan
bangsa.
“Jika
kita mau bercermin kepada merah-putih semestinya kita malu menjadi bangsa. Koruptor
tidak akan melakukan korupsi jika mau bercermin pada pendiri bangsa. Pada sang
saka merah-putih,” tegasnya.
Habib
menambahkan, dengan membaca maulid maka sekaligus akan menemukan Isra’ Mi’roj, Nuzulul
Qur’an, Hijrah dan akhlak beliau. (Syaiful Mustaqim)
0 Response to "Habib Luthfi: Peringatan Maulid, Wujud Cinta Rasul"
Post a Comment