Demak - Meski
saat ini alat transportasi sudah beragam dan serba mesin , namun Dokar yang
ditarik kuda masih bisa kita saksikan diberbagai tempat. Dokar mungkin sudah
puluhan ataupun ratusan tahun dikenal sebagai alat transportasi . Oleh karena
itu keberadaannya tidak bisa hilang begitu saja. Ini bisa kita lihat di
sudut-sudut pasar tradisional dimanapun berada kendaraan jenis Dokar ini masih terparkir
rapi menanti penumpang.
Oleh
karena masih lakunya kendaraan dokar itulah yang membawa Supaat (45) warga desa
Purwogondo kecamatan Pecangaan memutuskan untuk berprofesi sebagai kusir
penarik Dokar. Dengan kendaraan roda dua tak bermesin yang ditarik seekor kuda
setiap hari ia mencari nafkah dengan membawa penumpang yang menuju dan pulang
dari pasar. Habis subuh ia mengeluarkan dokar kesayangannya untuk berjalan
mondar-mandir keluar masuk kampung membawa ibu-ibu yang ingin berbelanja ke
pasar Kalinyamat atau ke tempat lain.
“
Setiap hari saya mangkal di pasar Kalinyamatan , jika dihitung saya menekuni
kerja menarik dokar ini sudah lebih 10 tahun “, aku Pak Supaat pada
kabarseputarmuria.
Dikatakan
oleh Supaat , ketertarikan untuk menekuni profesi sebagai tukang tarik dokar
ini berawal dari tetangganya yang lebih dulu merasakan hasil dari manisnya
mengantarkan penumpang dengan dokar. Dengan
modal sekitar 15 Juta iapun mencoba
membeli dokar beserta kudanya yang seterusnya digunakan untuk mengantar
penumpang utamanya ke pasar Kalinyamatan dan sekitarnya. Awalnya memang canggung
dalam menjalankan usaha sebagai penarik dokar ini , namun setelah terbiasa maka
iapun punya langganan yang setiap hari naik dokarnya.
“
Ya kalau di hitung-hitung setiap harinya Rp 50 ribu dapat bahkan jika kondisi
ramai bisa lebih ,apalagi jika hari lebaran tiba sehari bisa dapat Rp 100 ribu
lebih “, ujar Supaat.
Selain
mengantarkan penumpang seperti biasanya , pada waktu-waktu tertentu dokar juga
dicarter untuk berbagai keperluan seperti memeriahkan pawai , karnaval , dan memeriahkan upacara adat
seperti mengiring anak yang dikhitan atau disunat. Untuk event seperti ini Pak
Supaat menerima upah yang lebih dari seperti biasanya. Sekali mengiring sunat
tarip yang ia patok Rp 200 ribu , jika tempatnya jauh ada tambahan tersendiri.
Mengiring sunat |
“
Untuk mengiring anak khitan seperti ini tergantung dari keinginan yang punya
gawe , pakai dokar lengkap silakan atau hanya kuda saja juga monggo , ongkosnya sama sekali jalan Rp 200 ribu “,
kata Pak Supaat.
Selain
upah menarik penumpang , Pak Supaat juga bisa mendapatkan keuntungan lain dari
usaha menarik dokar ini yaitu dari jual beli kuda. Kuda yang sehari-harinya
dipergunakan untuk menarik dokar adalah barang dagangan yang setiap waktu bisa
dibeli orang. Sehingga sering orang datang ke rumahnya untuk melihat kuda yang
dipeliharanya , jika penawaran orang cocok kuda itupun dilepasnya dan iapun
mencari kuda yang baru . Sehingga kuda yang ia pakai untuk menarik kuda tidak selalu
tetap namun bisa ia ganti sewaktu-waktu.
“
Kalau saya hitung saya sudah ganti kuda lebih 25 kali , untungnya ya berkisar
Rp 1 juta – 1,5 juta setiap ganti kuda . Memelihara kuda itu cocok-cocokan Mas
selain itu harus rumat betul-betul sehingga kudanya selelu sehat setiap hari “,
paparnya.
Selain
memandikan setiap hari , memberi pakan secara
rutin dan bergizi juga setiap waktu doperiksakan kesehatannya . Untuk biaya
pakan setiap harinya berkisar Rp 15 ribu – 25 ribu ,selain dedak atau katul
,rumput juga hijau-hijauan yang lainnya .(Muin)
0 Response to "Kusir Dokar , Usaha Yang Masih Bisa Menghidupi Keluarga"
Post a Comment