![]() |
Pak Agus dengan para mitra kerja pembudidaya Kopi Luwak Muria
|
Jepara- Agus Raharjo (43) mengemukakan, awal mula menekuni usaha produksi Kopi Luwak Muria ini adalah adanya anggapan bahwa Kopi Luwak yang terbaik di Indonesia ini adalah Kopi Luwak dari Lampung , Gayo atau Mandailing. Oleh karena itu sebelum ke Jepara ia lebih dahulu mengambangkan Kopi Luwak ini di daerah Limbangan Kendal , sambil berjalan iapun kemudian melirik lereng Muria ini sebagai uji coba pengembangan Kopi Luwak karena daerah ini sejak dulu dikenal sebagai penghasil Kopi berkualitas. Anggapan lama itu akhirnya tumbang , karena Kopi Luwak Muria justru digemari oleh konsumen atau buyer dari negeri matahari terbit itu.
“ Melihat kenyataan itulah dan dengan pengalaman yang saya dapatkan akhirnya saya benar-benar menerjuni usaha pengembangan Kopi Luwak Muria ini , dengan berbekal puluhan ekor Luwak yang kami dapatkan dari daerah Jawa Timur pada awalnya satu setengah tahun yang lalu , kini sudah menjadi sekitar 400 Luwak yang kami atur dengan sistem Kemitraan “, papar Agus.
Saat ini mitra kerja atau plasma yang menjadi jaringan pengembangan usaha Kopi Luwak Muria ini ada sekitar 20 orang peternak , dengan jumlah Luwak setiap peternak 4 – 20 ekor. Sedangkan dia sendiri mempunyai hampir 100 ekor Luwak . Adapun sentra pengembangan usaha ini ada di desa Blingoh dengan jumlah peternak 5 orang lainnya tersebar di desa sentra penghasil kopi diantaranya Salak , Tempur ,Medono, Medini ,Kunir Gunung Wungkal, Tunahan dan yang lainnya.
“ Dengan pola kemitraan inilah justru saya nyaman dalam pengembangan usaha Kopi Luwak Muria ini , karena selain saya sendiri plasma saya sudah banyak yang merasakan hasil dari peternakan Luwak ini . Dengan modal yang tidak begitu besar peternak bisa mendapatkan hasil yang lebih dari pengembangan Kopi Luwak Muria ini . Apalagi jika sebelumnya sudah mempunyai lahan Kopi untungnya bisa berlipat-lipat “ kata Agus Raharjo .
Sebagai contoh saat ini modal yang dikeluarkan untuk pengembangan usaha Kopi Luwak Muria ini setiap ekornya plus kandang sekitar Rp 600 ribu , jika kita memelihara 10 ekor modal yang dikeluarkan sekitar 6 juta rupiah . Sedangkan untuk Kopinya kita bisa membeli atau dengan cara tebas di pohon, namun untuk lebih efisien disarankan untuk tebas . Nilai tebas misalnya 7 – 10 juta tergantung dari luas lahan dan juga kualitas kopi. Jika ditambah dengan pakan setiap ekornya berkisar 3 ribu rupiah setiap harinya sehingga satu bulan menghabiskan biaya 900 ribu ditambah Multivitamin dll menjadi 1 juta rupiah .
Adapun hasil feses Luwak per ekor setiap bulannya bisa menghasilkan 10 Kg kering , sehingga satu bulan feses yang dihasilkan sekitar 100 Kg . Saat ini harga feses Kopi Luwak Muria ini setiap kilonya Rp 75 ribu sehingga setiap bulannya bisa meraup penghasilan sekitar Rp 7,5 juta . Sehingga jika usaha ini ditekuni dengan benar maka modal bisa kembali dalam 2- 3 bulan , dan masih mempunyai sisa keuntungan 3- 4 bulan lagi karena lahan kopi bisa diambil hasilnya hingga 6 – 7 bulan.
“ Bahkan menurut perhitungan kami jika Kopinya membeli secara langsung usaha pengembangan Kopi Luwak Muria ini bisa kembali modal dalam jangka waktu satu bulan . Nah inilah yang menjadikan mitra binaan saya cukup bersemangat dalam pengembangan Kopi luwak Muria ini . Selain itu bisa juga mendongkrak harga Kopi Arabica dan Robusta di lereng Muria ini bisa sampai 300 persen “, jelas Agus Raharjo.(Muin)
0 Response to "AGRO BISNIS Kopi Luwak Muria, Sukses Karena Pola Kemitraan atau Plasma (2)"
Post a Comment