![]() |
Santri praktek diluar lapangan |
Jepara - 50an santri yang berasal dari Tasikmalaya, Jombang, Banyumas, Kendal, Pati, Kudus, Jepara dan sekitarnya mengikuti Liburan Sastra di Pesantren dan bertempat di Pesantren ‘Hasyim Asyari’ Bangsri, akhir pekan kemarin.
Kegiatan yang berlangsung tiga hari difasilitatori komunitas Matapena Yogyakarta. Kru Matapena yang hadir Pijer Sri Laswiji, Mahbub Dje, Muhammad Mahrus, Shofaun Nafis, Khanif Rosidin, Anis Yuliana, Abdul Rohim dan Jajang Husni Hidayat.
Ketua panitia, Eny Fadlilah mengatakan kegiatan yang dilaksanakan pihaknya denganmenggandeng komunitas Matapena Yogyakarta. Pijer Sri Laswiji dari Matapena menjelaskan Liburan Sastra di Pesantren (LSdP) merupakan program rutin yang diselenggarakan setiap liburan semester.
Kegiatan yang dilaksanakan, jelas Pijer dalam bentuk latihan untuk mengisi liburan pondok maupun sekolah. Kegiatan yang sudah berjalan delapan kali itu, baginya cukup memberikan asupan nilai positif bagi peserta. Disamping itu, kegiatan merupakan wahana silaturahmi santri se-Nusantara.
Dalam stadium general yang mengangkat “Sastra Pesantren yang Berpihak pada Kasunyatan Objektif”,pengasuh pesantren ‘Hasyim Asyari’ KH Nuruddin Amin mengungkapkan nilai sastra adalah yang bersinggungan dengan realitas sosial.
Gus Nung, sapaan akrabnya juga mengungkapkan sastrawan perlu banyak bergaul dengan masyarakat. Karena masyarakat merupakan madrasah yang nyata. “Dalam kehidupan sehari-hari bergumul dengan masyarakat akan menambah kekayaan memahami realitas. Juga akan menambah kekayaan bahasa,” ungkapnya.
gn: left !important;">
Ia mengutip pendapat Goenawan Moehammad bahwa sastra adalah membunyikan apa yang dilihat. Menyebut bentuk benda apa pun secara detail. “Karya yang bagus menurut saya, yang memuat diksi yang kuat sehingga menggerakkan hati pembaca,” paparnya.
Realitas sosial di Pesantren baginya belum banyak diungkap. Karenanya melalui Matapena realita sosial pesantren kedepan makin banyak diungkap.
Pembicara lain, Adipati ‘Joko Elysanto’ Genk Kobra dalam bersastra selain mengajak juga perlu berperilaku sesuai dengan ajakannya. Dunia senada dengan yang dipaparkan Gus Nung merupakan madrasah besar, realitas sesungguhnya. Munculnya syair, lagu bermuara dari iqra. Iqra dalam arti yang luas adalah bermasyarakat.
Selama tiga hari, peserta memperoleh materi berupa Ke-Matapena-an, Motivasi Menulis, Menggali Ide, Setting, Penokohan, Alur dan Pementasan. Selain pesantren lokasi yang digunakan adalah area persawahan maupun Benteng Portugis. (Syaiful Mustaqim)
0 Response to "Liburan Sastra Matapena Di Pesantren ‘Hasyim Asyari’ Bangsri Jepara"
Post a Comment