![]() |
Pantai Tanggul Tlare Jepara juga terkena abrasi |
TEMPO.CO, Jepara--Sekitar 200 hektare tambak milik warga Desa
Berahan Wetan, Babalan dan Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak,
beberapa tahun terakhir ini hilang terkena abrasi. "Abrasi menjadikan petani
tambak mengalami stres berat," kata Hamdan, Kepala Desa Kedungmutih,
Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Senin 3 September 2012.
Menurut Hamdan, di Desa Kedungmutih, puluhan warganya hidup dari mengandalkan tambak ikan. Petani tambak di Desa Kedungmutih bertambak bandeng, udang dan ikan air payau lainnya. Karena abrasi, menurut Hamdan, puluhan hektare tambak hancur luluh. "Garis pantai sudah maju sekitar satu kilometer menggilas tambak warga," kata Hamdan.
Kondisi itu dibenarkan Fathan, Wakil Ketua Komisi C DPRD Demak. "Ada sekitar 200 hektare tambak milik warga di wilayah itu tergerus abrasi," kata Fathan. Akibat abrasi, kata Fathan, dimungkinkan pembentukan delta tatau tanah timbul di muara Sungai Wulan. "Delta menjadikan laju ombak mengarah ke timur menghantam tambak warga," kata Fathan.
Abrasi semakin luas sudah lama menggerus pantai wilayah tetangganya, yakni di Desa Tanggul Telare, Kecamatan Kedung hingga Desa Semat, Kecamatan Tahunan. "Banyak tambak milik warga yang kini sudah menjadi lautan," kata Rifai, pemilik tambak di Desa Tanggul Tlare, Kecamatan Kedung, JeparaKabupaten Jepara.
Pada tiga tahun lalu, panjang pantai Jepara sekitar 72 kilometer. Kini, hasil audit terakhir yang dilakukan Pemerintah Jepara, pada tahun 2006, sudah mencapai 82 kilometer. Terjangan gelombang laut, menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup Jepara Junaidi, terbesar di wilayah Kecamatan Kedung mencapai 460,80 hekltare dan Keling mencapai 88,36 hektare.
Dua tahun sebelumnya, sekitar 14 hektare tambak milik warga Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, hilang akibat gerusan abrasi. "Kerugian saya ketika itu sudah mencapai Rp 700 juta," kata Sunarto, pemilik tambak satu hektare yang tergerus abrasi.
Abrasi di Desa Semat hingga Kedung, kata Sunarto, sudah mencapai sekitar 10 kilometer. Tanaman mangrove rusak berat dan terkikis air laut. Karena kondisi itu, dengan bantuan berbagai perusahaan (Djarum, PLTU Tajung Jati B, PT Central Java Power dan Undip), BLH Jepara menanam 1.000 bibit mangrove di wilayah tersebut.
Untuk mengurangi abrasi di daerah itu, Pemerintah Jepara membuat dua beton pemecah gelombang sepanjang dua kilometer yang menjorok ke laut sejauh 20 meter. Di samping itu, juga mengeruk bagian hilir Sungai Panggung.Tapi kondisi dua beton pemecah gelombang tersebut sudah hancur tenggelam akibat air laut pasang. "Tinggi beton kalah jauh dengan tinggi ombak yang datang ke pantai," ucap Imron, warga Desa Tanggultlare, Kecamatan Kedung, Jepara.
BANDELAN AMARUDIN
Menurut Hamdan, di Desa Kedungmutih, puluhan warganya hidup dari mengandalkan tambak ikan. Petani tambak di Desa Kedungmutih bertambak bandeng, udang dan ikan air payau lainnya. Karena abrasi, menurut Hamdan, puluhan hektare tambak hancur luluh. "Garis pantai sudah maju sekitar satu kilometer menggilas tambak warga," kata Hamdan.
Kondisi itu dibenarkan Fathan, Wakil Ketua Komisi C DPRD Demak. "Ada sekitar 200 hektare tambak milik warga di wilayah itu tergerus abrasi," kata Fathan. Akibat abrasi, kata Fathan, dimungkinkan pembentukan delta tatau tanah timbul di muara Sungai Wulan. "Delta menjadikan laju ombak mengarah ke timur menghantam tambak warga," kata Fathan.
Abrasi semakin luas sudah lama menggerus pantai wilayah tetangganya, yakni di Desa Tanggul Telare, Kecamatan Kedung hingga Desa Semat, Kecamatan Tahunan. "Banyak tambak milik warga yang kini sudah menjadi lautan," kata Rifai, pemilik tambak di Desa Tanggul Tlare, Kecamatan Kedung, JeparaKabupaten Jepara.
Pada tiga tahun lalu, panjang pantai Jepara sekitar 72 kilometer. Kini, hasil audit terakhir yang dilakukan Pemerintah Jepara, pada tahun 2006, sudah mencapai 82 kilometer. Terjangan gelombang laut, menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup Jepara Junaidi, terbesar di wilayah Kecamatan Kedung mencapai 460,80 hekltare dan Keling mencapai 88,36 hektare.
Dua tahun sebelumnya, sekitar 14 hektare tambak milik warga Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, hilang akibat gerusan abrasi. "Kerugian saya ketika itu sudah mencapai Rp 700 juta," kata Sunarto, pemilik tambak satu hektare yang tergerus abrasi.
Abrasi di Desa Semat hingga Kedung, kata Sunarto, sudah mencapai sekitar 10 kilometer. Tanaman mangrove rusak berat dan terkikis air laut. Karena kondisi itu, dengan bantuan berbagai perusahaan (Djarum, PLTU Tajung Jati B, PT Central Java Power dan Undip), BLH Jepara menanam 1.000 bibit mangrove di wilayah tersebut.
Untuk mengurangi abrasi di daerah itu, Pemerintah Jepara membuat dua beton pemecah gelombang sepanjang dua kilometer yang menjorok ke laut sejauh 20 meter. Di samping itu, juga mengeruk bagian hilir Sungai Panggung.Tapi kondisi dua beton pemecah gelombang tersebut sudah hancur tenggelam akibat air laut pasang. "Tinggi beton kalah jauh dengan tinggi ombak yang datang ke pantai," ucap Imron, warga Desa Tanggultlare, Kecamatan Kedung, Jepara.
BANDELAN AMARUDIN
Sumber : Tempo.co.id
persoalan abrasi laut harus adanya campur tangan pusat,,, karena banyak membutuhkan dana dan pemerintah harus memasukn didalam APBN,,, (program Nasional)... by... agus rofi' ank Desa Babalan...
ReplyDelete