![]() |
Garam petani dalam gudang |
Demak - Petani garam di Kecamatan Wedung menjerit karena anjlok harga garam di pasaran. Sebab, biaya produksi yang mereka keluarkan tak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Belum lagi, impor garam terus berjalan. Hal itu terungkat saat lokakarya dan evaluasi kegiatan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak kemarin. Lokakarya menghadirkan pembicara tunggal Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Ir Heru Budiono.
”Harga garam terus anjlok. Sekarang harganya tak lebih Rp 250 per kilogram. Ini tentunya sangat merugikan petani garam,” keluh Amin (48), warga Kendalasem, Wedung. Disebutkannya, harga garam dalam ukuran satu kombong (30 kilogram) tak lebih dari Rp 7.500. Kondisi itu cukup memberatkan petani.
”Harga sekarang tidak sesuai dengan tenaga dan biaya yang sudah kami keluarkan. Harus ada perhatian pemerintah sehubungan nasib petani garam,” tambah petani garam warga Desa Babalan, Marsudi (41).
Petani lain, Ansori (47) mengemukakan, harga garam jauh dari harapan. Diakui, garam produksi pesisir Wedung berkualitas nomor dua, jauh dari produk Madura. Dia tak mengetahui pasti penyebab harga garam turun, sedangkan tahun lalu masih mencapai Rp 290 per kilogram.
Melimpah
Sejauh ini, di wilayah utara pesisir Demak, khususnya di Wedung, terdapat warga dari delapan desa yang memproduksi garam. Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Heru Budiono mengakui, dibutuhkan program resi gudang untuk membantu mengatasi kesulitan petani garam. Pola resi gudang dapat membantu petani menyimpan selama panen raya berlangsung.
Sistem ini, lanjut dia, sudah diterapkan pada komoditas tanaman pangan seperti gabah, beras dan sebagainya. Selain itu, untuk mengatasi terus anjloknya harga garam di Demak, dia meminta adanya penghentian kebijakan garam impor oleh pemerintah. Padahal, persediaan garam melimpah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.
”Sebagai contoh di Demak, stok garam masih mencapai 30.000-40.000 ton. Ini tentu harus menjadi perhatian supaya bagaimana terserap pasar. Kondisi petani akan lebih berat apabila keran impor garam terus dibuka,” terang Heru.
Ditambahkan, tidak ada proteksi atau kebijakan yang bisa melindungi petani dengan adanya impor garam. Pemkab sejauh ini masih mencoba menjalankan program pemberdayaan usaha garam rakyat (Puga), yang sudah berjalan pada 2011 dan 2012. Program itu bertujuan meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani garam di Wedung. (H41-64)
Sumber : www.suaramerdeka.com
0 Response to "Petani Garam Demak Menjerit, Impor Terus Berjalan Harga Anjlok"
Post a Comment