Demak- Lima desa pesisir di kecamatan
Wedung sejak dulu dikenal sebagai sentranya pembuatan garam rakyat (krosok).
Desa itu diantaranya Kedungmutih, Kedungkarang,Babalan, Tedunan, Kendalasem dan
Berahan Wetan. Jika musim kemarau tiba kelima desa ini merasakan hasil dari olahan
air laut menjadi garam. Hampir semua tenaga kerja terserap pada usaha pembuatan
garam.
Termasuk
para wanita baik remaja putri maupun ibu rumah tangga.Mereka terserap pada
sector pengangkutan garam dari lahan menuju ke pinggir jalan raya. Adapula yang mengangkut garam dari lahan
pemanenan menuju ke gudang penyimpanan. Mereka biasanya bekerja berkelompok
minimal 4 orang sampai 10 orang. Kerja mereka menggunakan sistem borongan , dan
upah mereka dibayar menurut kesepakatan.
“
Para buruh angkut garam dengan system gendongan ini upahnya tergantung dari
jarak angkut barang. Jika jarangnya dekat biasanya satu gendongan upahnya Rp
1.000,- . Sedangkan jika jaraknya cukup jauh ongkosnya bisa mencapai Rp 2.000
atau lebih “, ujar Busri pengepul garam dari desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria.com
Busri
yang setiap waktu menggunakan jasa buruh gendong mengemukakan, mereka adalah
wanita perkasa bagi keluarganya. Selain berfungsi sebagai ibu rumah tangga yang
mengurus keluarga. Mereka juga berperan aktif dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarganya. Pengasilan mereka sehari-harinya cukup lumayan. Kerja merekapun
tidak menganggu rutinitas ibu rumah tangga.
Salah
seorang buruh angkut garam Ibu Atun dari desa Tedunan kecamatan Wedung pada
kabarseputarmuria mengatakan , dia kerja sebagai buruh gendong garam sudah
lebih dua puluh tahun. Sejak masih remaja dia telah bekerja sebagai buruh
angkut garam . Ketika itu ia ikut rombongan bersama tetangganya. Selain di
desanya sendiri ia mburuh gendong garam sampai ke desa Kedungkarang, Kendalasem
dan Kedungmutih.
“
Ya hasilnya tergantung dari banyak sedikitnya gendongan , kalau sedang ramai
sehari ya bisa dapet Rp 50 ribu – Rp 75 ribu. Kalau sedang sepi atau badan kurang sehat ya dapat Rp 35 – 45
ribu. “, aku ibu Atun.
Selain
ibu Atun warga desa Tedunan yang menekuni kerja sebagai buruh angkut garam
masih ada puluhan orang. Mereka adalah wanita yang benar-benar perkasa. Setiap
hari mereka mengangkut puluhan ton garam dan berjalan kaki puluhan kilo. Satu
kali angkut mereka membawa beban minimal 50 Kg . Meski dari segi tubuhnya
mereka kelihatan lemah namun tenaganya cukup kuat . Sehingga peran mereka
sangat dominan dalam kelancaran distribusi garam.
Selain
itu kekompakan mereka dalam berkelompok juga patut di acungi jempol. Para buruh
gendong ini dalam satu kelompok ibarat keluarga jadi hasil borongan mengendong
garam ini biasanya di bagi rata semua angota keluarga. Sehingga penghitungan
pemakai jasa cukup mudah . Mereka mendapatkan berapa karung tinggal mengalikan berapa upah perkarung .
Pembagian upah mereka yang mengatur dengan sendirinya. (Muin)
0 Response to "Wanita Perkasa Dari Pesisir , Tenaga Angkut di Lahan Garam"
Post a Comment