Dari bentuknya gerobag yang dia beli
5 tahun yang lalu sudah lusuh banget. Meski seharusnya diganti ataupun di
perbaharui , namun karena tidak tersedianya biaya gerobag itu dibiarkan begitu
saja. Penghasilan sehari-harinya hanya cukup untuk makan sederhana dia istri
dan keempat anaknya.
“ Ya sehari kalau kondisi ramai ya
bisa dapat penghasilan bersih Rp 50 ribu – Rp 75 ribu. Tetapi jika kondisi
hujan seharian ya paling banter dapat Rp 40 ribu”,papar Sutikan.
Uang hasil jualannya sehari-hari itu
habis untuk mencukupi kebutuhan harian keluarga. Selain makan , biaya sekolah
anak-anak juga untuk membayar bagi hasil pada koperasi di desanya. Mestinya
setiap bulan dia harus membayar pokoknya , namun karena tidak ada uang iapun
hanya membayar bagi hasilnya saja.
![]() |
Sutikan dan kamafr mandinya |
“ Pinjaman saya sebesar Rp 2 juta itu
sudah lebih 4 tahun , saya hanya bisa membayar bagi hasilnya setiap bulan Rp 60
ribu saja. Entah kapan hutang saya itu bisa lunas “, Keluh Sutikan.
Melihat rumahnya kita harus mengelus
dada, selain berlantaikan tanah juga tidak ada jendela. Perabotan rumah juga
kosong melompong yang ada hanya kursi karet tua, bale-bale dan lemari kayu
usang yang sudah copot pintunya.
Kamar mandi juga tidak ada apalagi WC
untuk buang air besar. Kamar mandi hanyalah ruangan sempit tanpa ada bak mandi
,closet ataupun lainnya. Sehingga jika ia mandi harus keluar rumah menuju ke
kolam desa setempat yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Begitu juga
kalau dia buang air besar harus ke kakus umum dipinggir sungai.
Sutikan mengaku ia ingin sekali
mempunyai rumah yang sehat sehingga nyaman di tempati seluruh anggota keluarga.
Namun karena tidak ada biaya maka rumah peninggalan orang tuanyapun kini
dibiarkan merana begitu saja.
![]() |
Sutikan dan gerobag sosisnya |
Dinding yang terbuat dari papan tua
dan gedheg sudah mulai bolong-bolong dimakan panas dan hujan. Atap yang terbuat
dari genteng juga banyak yang bolong sehingga bila hujan lantai becek karena
kebocoran air dari atap.
“ Kemarin sih ada bantuan perbaikan
rumah untuk orang miskin. Tetapi saya tidak kebagian kata orang pemerintahan
desa sih jumlahnya sangat terbatas. Mudah-mudahan lain kali rumah saya dapat
bantuan perbaikan agar sehat saya tempati bersama keluarga”, harap Sutikan.
Meski kondisinya berantakan namun
rumah itu tetap ia tempati bersama istri dan keempat anaknya. Dia berharap ada
tangan sakti yang membantu dan merubah rumahnya menjadi rumah yang
sehat. Rumah-rumah tetangganya sudah banyak yang berganti tembok ,namun
rumahnya masih seperti dulu kumuh dan jauh dari kesan menyehatkan.(Muin)
0 Response to "Sutikan Penjual Sosis Keliling Berharap Punya Rumah Sehat"
Post a Comment