![]() |
Hanif mengantar pelanggannya yang belanja ke pasar |
Demak
– Pekerjaan
Ojek atau mengantarkan orang dengan sepeda motor dulu dipandang sebelah mata . Namun setelah
era Go-Jek ramai di media ojek mulai dilirik oleh kalangan berpendidikan
tinggi.Dari informasi yang dilansir dari media banyak sarjana yang ikut antri
mendaftarkan diri sebagai tukang ojek.
Bagi Hanif (35) warga desa
Babalan Ojek merupakan pekerjaan sejak kecil. Usai lulus sekolah MTs ia mulai
kerja sebagai tukang ojek. Desanya Babalan kecamatan Wedung kabupaten Demak
merupakan desa pesisir terpencil. Alat transportasi umum yang sering digunakan
adalah perahu dan sepeda motor.
Kondisi jalanpun dulu
tidak sebagus sekarang , sehingga satu desa belum ada yang memiliki mobil
sebagai angkutan umum. Praktis sepeda motor adalah satu-satunya alat
transportasi handal di desa pesisir itu. Dari mulai belanja ke pasar, berobat
ke dokter sampai dengan angkut barang semua menggunakan sepeda motor.
“ Kalau tidak salah
hitungan saya mengojek sudah lebih lima belas tahun. Awalnya menolong
mengantarkan tetangga berobat ke dokter. Setelah itu terus ada yang saja tetangga
yang mau diantar ya akhirnya jadi pekerjaan pokok”, cerita Hanif pada
kabarseputarmuria.com
Awalnya memang malu
bekerja sebagai tukang ojek. Namun karena ada sifat menolong dan juga mendapat
penghasilan akhirnya menjadi terbiasa. Sering ia mengantarkan orang berobat ke
dokter, selain itu juga mengantar pedagang kulakan ke pasar tetangga desa.
Selain itu kadang ia juga mengantarkan orang untuk mengambil kiriman ke bank.
“ Kalau sudah jadi tukang
ojek jangan pilih-pilih route kemana orang diantarkan. Ya kadang hanya
dekat-dekat saja paling jauh ya 10 km . Namun kadang kita harus antar keluar
kota jauhnya sampai ratusan kilometer”, kata Hanif.
Menjadi tukang ojek
menurut Hanif banyak suka daripada dukanya. Sukanya selain dapat penghasilan
setiap harinya. Ia kadang bisa makan gratis karena dicarter ke luar kota.
Apalagi jika urusan orang yang dibawanya lancar selain makan kenyang pulangnya
diberikan uang bensin yang lumayan.
“ Penghasilan tukang ojek
tidak tentu kalau dirata-rata sehari Rp 75 ribu dapat. Itu sudah bersih
dipotong uang bensin dan makan siang.Jika carteran jauh kadang diberi uang
bensin Rp 100 ribu – Rp 150 ribu “, tambahnya.
Sedangkan dukanya ya
ketika musim penghujan , karena sudah ada langganan tetap dalam kondisi apapun
harus berangkat. Meski harus menahan dinginnya air hujan dan membawa barang
yang cukup banyak ya harus dijalankan. Pernah ia harus jatuh dari sepeda motor
karena jalannya licin damn terlalu banyak membawa beban.
Namun secara keseluruhan
pekerjaan sebagai tukang ojek masih layak dijalankan bagi yang belum mempunyai
pekerjaan tetap. Dengan modal sepeda motor kita bisa mempunyai penghasilan
tetap untuk membiayan kebutuhan keluarga. Meski tidak banyak namun masih cukup
untuk belan ja sehari-hari.
“ Sekarang selain kerja
sebagai tukang ojek , saya juga sebagai sales bibit udang dan bandeng. Istri
dirumah juga buka toko kelonthong sehingga hasil dari mengojek untuk
tambah-tambah kebutuhan keluarga”, kata Hanif menutup sua. (Muin)
0 Response to "Hanif Ngojek di Pangkalan Asal Babalan Demak, Tanpa Seragam Hasilnya Lumayan Tenan"
Post a Comment