Demak
– Saat ini area persawahan Wedung utara khususnya desa Bungo , Jungpasir,
Mutih Kulon-Wetan dan Tedunan memasuki panen raya . Persawahan yang biasanya
sepi kini hingar bingar dengan datangnya para pemanen padi. Mereka pemilik
lahan dan juga para penebas berbaur jadi satu. Di jalan raya tepi sawah nampak
puluhan mobil pengangkut berjajar rapi. Di sawah tampak ratusan orang memotong
padi, ada beberapa diantaranya menggunakan mesin pemotong padi.
Ratusan orang terlibat dalam pekerjaan pemanenan padi
di area persawahan. Salah satunya adalah tenaga khusus pengangkut padi dari
tengah sawah menuju ke tepi jalan raya. Jika tenaga pemanenan padi biasanya
datang dari berbagai tempat tergantung bos atau juragan penebas yang membawa.
Namun untuk tenaga kuli angkut ini biasanya diambilkan tenaga dari desa
setempat.
Seperti halnya persawahan desa Jungpasir maka tenaga
angkut gabah juga diambilkan dari desa Jungpasir , begitu juga desa lainnya.
Meskipun tidak ada kesepakatan yang tertulis namun hal itu sudah menjadi
peraturan yang harus dijalankan oleh masing-masing kelompok pengangkut padi.
Dulu pernah ada tawur gara-gara rebutan lahan area pengangkutan padi.
“ Itu cerita lama mas memang pernah ada tawuran antar
tenaga angkut di persawahan ini. Namun setelah ada kesepakatan akhirnya tidak
ada lagi tawuran untuk beberebut lahan . Masing-masing desa sudah ada
coordinator masing-masing “, kata Kholil salah satu tenaga angkut gabah dari
desa Jungpasir pada kabaredemak.com.
Kholil mengatakan , pekerja angkut padi di desa
Jungpasir ada beberapa kelompok satu kelompok biasanya 5-6 orang. Mereka adalah
pekerja serabutan di desa , jika tak ada order di sawah mereka ada yang ke
Jakarta dan juga kerja didaerah lain . Namun jika musim panen tiba merekapun
kembali ke desa untuk bekerja di sawah. Mereka mengangkut gabah dari area
persawahan dengan menggunakan perahu dan juga rakit.
“ Yak arena area perswahan disini cukup luas dan jauh
dari jalan raya jadinya tenaga angkut sangat dibutuhkan , paling jauh bisa
sampai setengah kilometer harus melewati sungai seperti ini “, tambah Kholil.
Zaenudin salah satu pekerja angkut gabah mengatakan ,
profesi tenaga angkut gabah ini ia jalani sudah ada tiga tahunan. Setiap hari
ia merupakan pekerja serabutan , kadang kuli bangunan kadang juga pekerja
menggarap sawah. Bekerja sebagai tenaga angkut gabah ini cukup lumayan
hasilnya. Setiap harinya upahnya tidak lepas dari Rp 100 ribu ,jika borongan
banyak kadang bisa lebih.
Pemberi pekerjaan angkut gabah ini adalah petani local
yang memanen padinya sendiri , selain itu kadang juga para penebas yang datang
dari luar desa. Mereka membawa rombongan tenaga pemotong padi sendiri untuk tenaga angkut padi biasanya di
serahkan kepada kelompoknya . Adapun tarif angkut tergantung jarak dan
kesulitan medan rata-rata Rp 6.000 setiap kwintalnya. Tetapi kadang lebih jika
jaraknya cukup jauh dan harus melewati sungai.
“ Alhamdulillah kita kerja tim sehingga semua
pekerjaan angkut kita jalani bersama adapun upahnya nanti ketika gabah
ditimbang . Usai timbang kitapun membagikan hasil kerja kita bersama ya rata-rata
Rp 100 ribu – Rp 150 ribu. Lumayan daripada kita ke Jakarta mending kita kerja
disini “, kata Zaenudin. (Pak Muin)
0 Response to "Panen Padi di Demak , Rejeki Bagi Pekerja Pengangkut Padi Musiman "
Post a Comment