Simak saja pengakuan Machmud. Pria 54 tahun asal Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, ini tak menaruh curiga ketika rumahnya dipakai oleh seorang warga negara Filipina bernama Rasidi untuk dijadikan tempat pendaftaran haji via Manila. Sebab, pemberangkatan calon haji pada 2014 dan 2015 dengan cara ini bisa berjalan mulus. Jumlah total jemaah yang telah berangkat mencapai 30 orang. "Tahun ini hanya 18 orang," kata Machmud, kepada Tempo, Selasa 23 Agustus 2016.
Machmud yakin 18 orang yang sempat berkumpul di rumahnya sebelum dibawa Rasidi ke Manila itu menjadi bagian dari 177 calon haji asal Indonesia yang ditangkap otoritas imigrasi Filipina. Rombongan tersebut, kata dia, terbang dari Makassar ke Manila lewat Jakarta dan Kuala Lumpur.
Menurut Machmud, Rasidi, yang dikenalnya tiga tahun lalu, memang cakap berbahasa Melayu. "Dia mengaku lebih banyak menetap di Malaysia," kata dia. Dengan iming-iming sisa kuota haji Filipina yang mencapai ribuan, Rasidi memungut biaya Rp 110-130 juta per orang untuk naik haji via Manila.
Harga yang dibayar Rosdiana untuk berangkat haji dari Filipina lebih mahal, yakni Rp 135 juta. Perempuan asal Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, ini termasuk dalam rombongan haji ilegal yang tertangkap di Filipina itu. "Istri saya dan rombongan dalam kondisi sehat," tutur Amriadi, suami Rosdiana, kepada Tempo, kemarin.
Amriadi tak menduga kepergian Rosdiana melanggar hukum. Menurut dia, PT Aulad Amin, yang mengurus dokumen keberangkatan Rosdiana, sudah beberapa tahun menerbangkan jemaah haji Indonesia lewat Manila. “Sudah ada juga keluarga yang naik haji menggunakan travel itu melalui Filipina," ujarnya. Sebelum pergi haji, kata dia, pemilik PT Aulad Amin sempat membawa Rosdiana ke Filipina pada Mei lalu untuk mengurus administrasi kependudukan dan dokumen haji.
Pemberangkatan calon haji Indonesia via Filipina ini tampaknya sudah beberapa kali tejadi. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, M. Shaberah, menyatakan sedikitnya enam warga Nunukan yang kini telah tiba Mekah untuk berhaji diduga juga pergi menggunakan kuota Filipina.
Temuan tersebut ia peroleh dari Tim Pendamping Haji di Mekah, yang bertemu dengan jemaah haji asal Nunukan. Nama mereka, kata Shaberah, tak terdaftar dalam daftar rombongan haji Indonesia. "Kata mereka pergi lewat Filipina," ujar dia, kemarin. "Sudah ada yang lolos duluan di sana."
Shaberah menduga warga Nunukan tergiur untuk pergi haji lewat Filipina akibat daftar antrean yang panjang di dalam negeri. "Jika mendaftar sekarang, 24 tahun lagi baru bisa berangkat," katanya. Adapun Filipina tahun ini diperkirakan hanya bisa mengirim 7.000 jemaah haji, padahal kuotanya 8.000. “Inilah (pengiriman calon haji Indonesia via Manila) yang dimanfaatkan biro perjalanan di sana untuk memenuhi kuota," kata Shaberah, yang mengakui praktek tersebut telah berlangsung sejak 2011 tapi belum pernah terbongkar.
ABDUL RAHMAN (MAKASSAR) | FIRMAN HIDAYAT (SAMARINDA)
Sumber : Tempo.co
0 Response to "Inilah Kisah Jamaah Haji Cepat Via manila "
Post a Comment