![]() |
Lahan garam terendam air hujan |
Demak – Hujan yang terus mengguyur di area
pertambakan kecamatan Wedung membuat petambak garam kesulitan membuat garam.
Mestinya bulan September merupakan panen raya bagi petambak garam. Namun pada
tahun ini bulan September baru mulai panen. Bahkan beberapa petambak ada yang
belum merasakan menuai hasil.
Hujan yang terus
mengguyur meski tidak deras membuat air di area pertambakan muda kembali.
Tandon air tua yang dijadikan untuk pasokan mengairi meja kristalisasi tidak
lagi berfungsi. Tandon air itu harus dikuras atau diturunkan airnya.
“ Tahun ini memang
sulit membuat garam , selain musim kemarau yang mundur juga masih ada hujan satu dua , Saya baru dapat garam 10 zak untuk
panen pertama “, ujar Nur Syahid petambak garam yang menggarap lahan bekas PT
TJT desa Tedunan pada kabaredemak.com.
Nur Syahid mengatakan ,
tahun ini ia menggarap lahan saudaranya dengan system paroan. Ia mengandalkan
tenaga sedangkan saudaranya yang punya
lahan. Ia memulai lahan pada bulan Mei yang lalu dengan anaknya. Karena musim
hujan yang mundur pada bulan September baru merasakan panen.
“ Baru dapat beberapa
zak setiap hari kondisi cuaca mendung terus, bahkan sesekali juga turun hujan ,
jadinya ya kita nunggu panas lagi . Hasil dari membuat garam belum bisa menutup
pengeluaran tenaga kerja “, tambah Nur Syahid.
Hujan yang sesekali
mengguyur kawasan tambak membuat petambak sulit membuat garam. Namun demikian
hal ini membuat harga garam yang sulit naik sedikit demi sedikit mulai naik.
Selain pasokan garam di gudang yang semakin menipis juga permintaan dari para
pengepul garam semakin naik.
Dulu harga garam hanya
Rp 200/kg namun kini mulai beranjak naik diatas Rp 300/kg untuk kualitas umum.
Sedangkan kualitas bagus yang memakai terpal harganya Rp 350/kg – Rp 400/kg
dilahan. Sedangkan diatas truk lebih tinggi lagi karena ditambah biaya angkut
dari gudang ke atas truk. (Muin)
0 Response to "Hujan Terus , Petambak Garam Demak Kesulitan Membuat Garam"
Post a Comment