![]() |
Banner tahapan pilihan Kades di sebuah desa tanpa ada sosialisasi gambar bakal calon |
Demak – Ajang
pemilihan Kepala Desa memang ajang yang menarik untuk dibicarakan. Lain dengan
ajang Pilihan Presiden , Gubernur atau Bupati. Calon pilkades adalah rata-rata
warga asli desa dan bertempat tinggal di desa sehingga kredibilitas mereka
sudah diketahui warganya.
Sehingga
ajang pilkades merupakan pesta demokrasi 6 tahunan yang ditunggu-tunggu mereka.
Selain itu dari pesta demokrasi ini warga pemilih selain memilih pemimpin
desanya. Juga ada yang membuat ajang pilakdes ini sebagai ajang untuk mencari
rejeki. Loh kok begitu?
Memang
sejak dulu ajang pilkades menjadi ajang untuk mengejar jabatan bagi para bakal
calon. Sedangkan para pemilih menggunakan moment ini untuk moroti para bakal
calon. Menurut pantauan dilapangan para pemilih biasanya malu-malu kucing
menentukan pilihannya.
Sikap
malu-malu kucing inilah yang dijadikan kesempatan untuk mendapatkan uang
sebanyak-banyaknya dari bakal calon. Semakin banyak calon semakin banyak uang
yang mereka dapatkan. Satu orang pemilih bisa mendapatkan uang dari semua
calon.
“
Sing calon akeh yo malah enak pak , amplopane tambah akeh . Miliha ya gampang
nok kombongan sapa wae ora ngerti sing reti aku dhewe”, begitu kata calon
pemilih.
Nah
bagaimana dengan calon ganda bayangan. Maksudnya dua calon namun hanya sebagai paes-paes memenuhi aturan.
Misalnya Suami yang niat calon didampingi istrinya atau sebaliknya. Ayahnya
yang berniat calon didampingi anaknya dan sebaliknya. Dan calon calon bayangan
lain dengan kombinasi siapa saja .
Justru
inilah yang harus diwaspadai bakal calon meski tidak ada aturan koarum harus
lima puluh persen pemilih plus satu dari jumlah pemilih atau berapapun jumlah
pemilih yang datang sudah syah . Namun hasil yang diharapkan tidak akan sesuai
dengan keinginan. Lho kok begitu , lha ya bisa karena semua itu yang menentukan
pemilih.
Ini
kita buktikan sendiri , kabaredemak.com mencoba mampir ke warung tenda pinggir
jalan di desa yang bakal calonnya bayangan. Mestinya yang nyalon adalah
suaminya , untuk memenuhi aturan akhirnya istrinya disandingkan. Apakah ini
solusi yang tepat agar keinginannya terkabul agar dia yang jadi.
Belum
tentu pemilih adalah orang yang berperan dalam memperoleh suara terbanyak.
Sehingga apapun pemilih adalah ibarat raja yang harus diikuti keinginannya.
Dari obrolan di warung beberapa calon pemilih mengatakan jika tidak ada kibaran
lembaran uang yang diberikan kepadanya pilihan akan berbeda dengan
keinginannya. Meski tidak diberikan uang mereka tetap nyoblos , namun pilihannya
akan diberikan pada bukan yang dituju oleh bakal calon.
“
Wis ora apa-apa mas ora ana sangune ya tak coblos sing wedok wae , ben
dirasaake aku tetep nyoblos ora salahku to aku yo nyoblos”, begitu kata seorang
pemilih pada kabaredemak di warung lontong pecel pinggir dalan.
Melihat
fenomena itu Misbakhul Munir Carik Desa Gebang Arum Bonang tidak menampik hal
itu. Siapapun yang jadi adalah bakal calon peraih suara terbanyak , bisa
istrinya atau suaminya . Hal itu bukan menjadi masalah bagi panitia Pilkades
yang penting pelaksanaannya bisa berjalan aman, tertib dan lancar. (Muin)
0 Response to "Waspada !!! Calon Suami Istri Kalau Tidak Bisa “ Ngrumat “ Pemilih Hasilnya Akan Lain"
Post a Comment