Warga Beli air bersih dari daerah Jepara |
Warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang keliling karena air sumur di rumah mereka tak layak konsumsi.
Salah seorang warga RT 01 RW 003 Desa Tedunan Siti Imroah (68), mengatakan sejak awal musim kemarau, air sumur di rumahnya tak lagi layak konsumsi. Air sumur berwarna kecoklatan disertai bau busuk yang menyengat.
Untuk memenuhi kebutuhan harian terutama kepentingan air minum dan memasak, Siri terpaksa membeli air dari pedagang keliling. Tiap empat jerigen harganya Rp11 ribu. Dalam sehari, air bersih itu habis dipakai janda tua dengan delapan anak ini.
"Kalau air sumur kita pakai untuk mandi dan buang hajat. Itupun hasil diendapkan dulu sehari semalam meski baunya tetap menyengat," kata Siti Imroah seperti diberitakan Kantor Berita RMOLJateng, Minggu (30/7).
Hal serupa juga diungkapkan warga lainnya, Dayati (57). Dalam sehari ia mengeluarkan uang Rp25 ribu untuk membeli 10 jerigen air bersih dari pedagang keliling. Dalam sebulan uang yang dikeluarkan untuk air bersih bisa mencapai Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. Menurut Damayati kondisi ini terulang terlebih ketika musim kemarau.
"Warga memang andalannya sumur. Kalau musim penghujan kita masih masih bisa pakai itu tapi kemarau kondisinya seperti ini," jelasnya.
Ketua RT Desa Tedunan Kidul, Jumari mengatakan warga sebenarnya sudah berupaya mengajukan ke Pemkab Demak agar jaringan air bersih PDAM masuk ke pemukiman kampung nelayan ini. Sayangnya, hingga kini belum ada realisasi terkait hal itu.
"Kendalanya apa saya juga kurang tahu. Makanya warga berinisiatif mengajukan bantuan droping air kepada pihak lain. Kebetulan hari ini ada droping air bersih dari anggota DPR RI. Kita berterima kasih untuk itu," ungkap Jumari. [nes]
Salah seorang warga RT 01 RW 003 Desa Tedunan Siti Imroah (68), mengatakan sejak awal musim kemarau, air sumur di rumahnya tak lagi layak konsumsi. Air sumur berwarna kecoklatan disertai bau busuk yang menyengat.
Untuk memenuhi kebutuhan harian terutama kepentingan air minum dan memasak, Siri terpaksa membeli air dari pedagang keliling. Tiap empat jerigen harganya Rp11 ribu. Dalam sehari, air bersih itu habis dipakai janda tua dengan delapan anak ini.
"Kalau air sumur kita pakai untuk mandi dan buang hajat. Itupun hasil diendapkan dulu sehari semalam meski baunya tetap menyengat," kata Siti Imroah seperti diberitakan Kantor Berita RMOLJateng, Minggu (30/7).
Hal serupa juga diungkapkan warga lainnya, Dayati (57). Dalam sehari ia mengeluarkan uang Rp25 ribu untuk membeli 10 jerigen air bersih dari pedagang keliling. Dalam sebulan uang yang dikeluarkan untuk air bersih bisa mencapai Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. Menurut Damayati kondisi ini terulang terlebih ketika musim kemarau.
"Warga memang andalannya sumur. Kalau musim penghujan kita masih masih bisa pakai itu tapi kemarau kondisinya seperti ini," jelasnya.
Ketua RT Desa Tedunan Kidul, Jumari mengatakan warga sebenarnya sudah berupaya mengajukan ke Pemkab Demak agar jaringan air bersih PDAM masuk ke pemukiman kampung nelayan ini. Sayangnya, hingga kini belum ada realisasi terkait hal itu.
"Kendalanya apa saya juga kurang tahu. Makanya warga berinisiatif mengajukan bantuan droping air kepada pihak lain. Kebetulan hari ini ada droping air bersih dari anggota DPR RI. Kita berterima kasih untuk itu," ungkap Jumari. [nes]
0 Response to " Tiga Bulan Lebih Warga Tedunan Demak Krisis Air Bersih, Belum Ada Aliran PDAM Demak"
Post a Comment