Demak - Selain minyak goreng saat ini yang cukup
ramai dibicarakan orang adalah BBM jenis pertalite . Setelah Pertamax naik
harganya kini warga memburu BBM jenis Pertalite. Akhirnya BBM ekonomis ini
mulai langka disejumlah SPBU . Akhirnya ada kebijakan pembelian BBM jenis
pertalite ini dilarang menggunakan Jrigen untuk menjaga ketersediaan pasokan.
Hal itu dikatakan Ilham operator SPBU Mini di
desa Kedungmutih kecamatan Wedung ini. Pembatasan pembelian dengan menggunakan
jrigen ini sudah seminggu berjalan . Sehingga stok ketersediaan BBM jenis
Pertalite ini lebih panjang. Biasanya 1-2 hari pasokan sudah habis . Namun kini
bisa lebih panjang 3-4 hari . Sebelumnya warga bisa bebas membeli dengan jrigen
utamanya para pengecer.
“ ya udah seminggu ini manajemen membatasi
pembelian dengan jrigen atau disetop dulu. Kami hanya melayani penjualan
langsung menuangkan ke kendaraan baik roda dua ,tiga atau empat. Ya dengan
kebijakan itu waktu tunggu lebih lama dibandingkan sebelumnya ,”, aku Ilham.
SPBU di desa Kedungmutih menurut Ilham termasuk
kecil kapasitasnya . Awalnya adalah SPDN yang melayani penjualan Solar kemudian
di tambah dengan BBM jenis Pertalite. Untuk Solarnya dulu pernah lancar
penjualannya ,namun kini ada kendala dan baru diberesin. Sebentar lagi solar
akan di jual kembali.
Dengan adanya pembatasan pembelian BBM
pertalite dengan jrigen membuat para pengecer kesulitan untuk menjual pertalite
ini. Agar supaya tetap bisa melayani pelanggannya banyak pengecer yang
membelinya berkali kali atau”ngangsu”. Dengan modal sepeda motor mereka datang
ke SPBU dan mengisi penuh . Sampai di rumah dari tanggi BBM dikeluarkan lagi
sampai habis setelah itu kembali ke SPBU.
“ Ya gimana lagi kalau tidak dengan cara ini
ya kita tidak bisa dapat hasil . Selain itu pelanggan juga kecewa. Dengan cara
ini ya harganya lebih sedikit mahal karena ada bensin yang berkurang. Tapi
kalau begini terus pengecer seperti saya ini ya kesulitan bagaimana enaknya ya
kembali lagi bebas beli pakai jrigen”, kata Nursalim warga desa Kedungmutih
yang setiap hari menjual pertalite secara eceran.
Nursalim menambahkan ia setiap harinya bolak
balik ke SPBU hingga 10 kali untuk tetap bisa berjualan pertalite. Satu kali
isi maksimal 10 liter sehingga sehari ia hanya menjual 100 liter. Ia mengambil
perliter seharga Rp 7.650 dan ia menjual secara eceran seharga Rp 10 ribu. Ia menjual
BBM secara eceran ini sudah lebih 15 tahun dan baru kali ini kesulitan menjual
BBM karena pembatasan pembelian tidak boleh menggunakan jrigen. (Pak
Muin)
0 Response to "Tak Boleh Bawa Jrigen ,Penjual Eceran “Ngangsu “ Agar Bisa Berjualan Pertalite"
Post a Comment